Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kacamata Bisnis Sandiaga saat Corona: Petani hingga BUMN Berpeluang Emas untuk. . . .

Kacamata Bisnis Sandiaga saat Corona: Petani hingga BUMN Berpeluang Emas untuk. . . . Kredit Foto: Instagram @sandiuno
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengusaha nasional, Sandiaga Salahuddin Uno, menilai penyebaran virus corona sekarang ini dapat menjadi peluang untuk menguatkan pasokan pangan dari dalam negeri. Ia juga menyarankan pemerintah meningkatkan komunikasi publik.

"Kita harus melihat ini sebagai peluang menguatkan kemandirian pasokan pangan dari dalam negeri. Saatnya kita bangun kekuatan pertanian, perikanan," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (6/3/2020).

Baca Juga: Dipinang Jadi Ketum Gerindra, Jawaban Sandiaga Dahsyat: Prabowo Sibuk Jadi Menteri, Tunggu. . . .

Ia menambahkan, mulai dari petani hingga badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang pangan harus lebih erat lagi melakukan kolaborasi untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.

"Petani, BUMN pangan, BUMN perkebunan, semua value chain pangan, tunjukkan patriotisme jadi solusi," ucapnya.

Sandiaga menceritakan, saat menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, dirinya pernah mengalami kenaikan harga cabai hingga menembus Rp200 ribu per kilogram (kg). Ketika dirinya melakukan pengecekan ke daerah penghasil cabai, Pemda DKI langsung membelinya untuk jangka waktu setahun agar bisa menekan harga di Jakarta.

Baca Juga: Dear All, Sandiaga Tegas: Stop Panic Buying, Contoh Tuh Hong Kong!

"Pun dengan beras dan telur. Saya harus safari ke lumbung-lumbung produksi komoditas tersebut agar pasokan di Jakarta terpenuhi dan harga beli di masyarakat tak mahal," paparnya.

Sandi, demikian ia biasa disapa juga mengatakan bahwa di tengah kekhawatiran virus corona saat ini, pemerintah disarankan untuk menyiapkan paket kebijakan ekonomi antivirus. Pertumbuhan ekonomi, lanjut dia, dalam jangka pendek mengarah pada penurunan. Diprediksi, pertumbuhan ekonomi global terpangkas sampai 0,4 persen.

Indonesia, ia mengatakan, harus mengantisipasi pertumbuhan di bawah lima persen. Kondisinya bisa mengarah seperti krisis keuangan pada 2008 lalu.

"Kita harus siapkan paket kebijakan ekonomi antivirus. Memberikan stimulasi untuk menggerakkan roda ekonomi. Kalau perlu seperti di Hongkong, direct targeted transfer, ekonomi rebooted lewat konsumsi dan peran UMKM, kebijakan pajak yang lebih berorientasi menggairahkan investasi," paparnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: