Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pakar Ekonomi: Corona Guncang Dunia, Ekonomi RI Bakal Krisis

Pakar Ekonomi: Corona Guncang Dunia, Ekonomi RI Bakal Krisis Kredit Foto: Antara/Anindira Kintara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pakar ekonomi Rizal Ramli memprediksi wabah virus corona (Covid-19) yang mengguncang dunia bisa memicu krisis ekonomi di Indonesia, jika tak segera reda beberapa bulan ke depan. Perkiraan krisis menguat jika melihat skandal besar di tubuh Jiwasraya dan Asabri. Belum faktor-faktor lainnya yang satu sama lain berkaitan.

Rizal menuturkan, saat ini pertumbuhan kredit di negeri ini berkutat di angka empat persen, merosot dari tahun lalu 6,02 persen. Semestinya, katanya, pertumbuhan kredit bisa bertengger di angka 15-18 persen.

"Ini sekarang sepertiganya saja. Dengan adanya corona, bisa minus sampai satu persen," katanya di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (8/3/2020).

Baca Juga: Duh, Pasien Sembuh dari Corona Bisa Sakit Lagi! Begini Penjelasannya

Faktor lainnya yang bisa memicu krisis ekonomi ialah apa yang Menteri Koordinator Bidang Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu sebut 'lima gelembung'. "Pertama, gelembung makroekonomi. Semua indikator makro merosot lebih jelek dibanding lima hingga 10 tahun yang lalu. Defisit perdagangan, transaksi berjalan, primary balance dari anggaran, tax ratio, dan sebagainya," ujarnya.

Menurut Rizal, kendati semua indikator makro itu melemah, rupiah tak begitu merosot karena digenjot pemerintah dengan cara meminjam lebih besar dari luar negeri dengan bunga yang lebih mahal. Hal itu nantinya akan menjadi masalah. "Jadi, (pinjaman itu) buat menopang rupiah biar agak kuat sedikit," ujarnya.

Kedua, ialah gelembung daya beli. Kondisi tahun ini menurutnya terburuk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu terjadi karena daya beli yang menurun sehingga penjualan anjlok.

"Penjualan anjlok banget karena uang yang beredar sedikit. Kenapa? Karena kesedot untuk bayar utang. Jadi, setiap menteri keuangan terbalik menerbitkan surat utang negara, sepertiga dari dana di bank itu kesedot buat beli surat utang negara karena dijamin 100 persen. Yang kedua, bunganya lebih mahal dari deposito," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: