Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Save Our Sea: Menunggu Peran Seniman Kembangkan Desa Wisata Budaya

Oleh: Dwi Mukti Wibowo, Pemerhati masalah ekonomi, sosial, dan kemanusiaan

Save Our Sea: Menunggu Peran Seniman Kembangkan Desa Wisata Budaya Kredit Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism development) berarti pembangunan pariwisata yang tanggap terhadap minat wisatawan dan keterlibatan langsung masyarakat setempat dengan tetap menekankan upaya perlindungan dan pengelolaannya berorientasi jangka panjang.

Upaya pengembangan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan harus diarahkan agar dapat memenuhi aspek ekonomi, sosial, dan estetika sekaligus menjaga keutuhan dan kelestarian ekologi, keanekaragaman hayati, budaya, serta sistem kehidupan (WTO, 1990). Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan pada prinsip layak secara ekonomi, berwawasan lingkungan, dapat diterima secara sosial, dan dapat diterapkan secara teknologi.

Baca Juga: Save Our Sea: Menunggu Kiprah Kaum Muda Bangkitkan Millennial Tourism

Pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diintegrasikan dalam tiga sasaran utama pencapaian, yaitu (1) kualitas sumber daya lingkungan (alam dan budaya) di mana pembangunan pariwisata harus tetap menjaga keutuhan sumber daya alam dan budaya yang ada serta memperhatikan daya dukung kawasan tersebut apakah masih mampu menerima/menolerir pembangunan pariwisata.

(2) Kualitas hidup masyarakat setempat (sosial ekonomi) di mana pembangunan pariwisata harus mampu memberikan dampak positif bagi sosial ekonomi masyarakat setempat sehingga menumbuhkan kesempatan kerja dan memandirikan masyarakat secara ekonomi. (3) Kualitas pengalaman berwisata (wisatawan) di mana pembangunan pariwisata harus peka terhadap tingkat kepuasan wisatawan sehingga menjadikan perjalanan wisatanya sebagai sebuah pengalaman yang berharga.

Pariwisata dan Budaya

Pengembangan pariwisata Indonesia yang menggunakan konsepsi pariwisata budaya dirumuskan dalam UU Pariwisata Nomor 9 Tahun 1994. Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Setiap langkah dan gerak pengembangannya secara normatif diharapkan tetap bertumpu pada kebudayaan bangsa. Segala aspek yang terkait dengan pariwisata seperti promosi, atraksi, arsitektur, etika, organisasi, pola manajemen, makanan, souvenir diharapkan sedapat mungkin menggunakan potensi kebudayaan.

Kedudukan seni dan kebudayaan dalam pengembangan pariwisata Indonesia, tidak saja sebagai media pendukung, tetapi juga sebagai pemberi "identitas" kepada masyarakat itu sendiri. Kebudayaan menurut Oka A Yoeti (2006), suatu entitas yang otonom dalam kehidupan manusia, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu dalam konstelasi sosial maupun lingkungan alamiah. Komponen pokok kebudayaan yang pertama adalah pandangan yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah nilai-nilai budaya beserta segala hasil pemikiran manusia dalam masyarakat, sedangkan tingkah laku dan benda-benda adalah akibat ikutan.

Yang kedua, kebudayaan adalah keseluruhan hasil pemikiran, pola tingkah laku, dan benda-benda karya manusia. Kebudayaan bagaikan sebuah rumah yang seorang merasa aman di dalamnya. Rasa aman dapat menjadi panduan di setiap perjalanan mencari makna hidup.

Budaya berperan penting dalam pariwisata. Salah satu yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya keinginan untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain. Serta keinginan mempelajari budaya orang lain. Industri pariwisata mengakui peran budaya sebagai faktor penarik dengan mempromosikan karakteristik budaya dari destinasi.

Sumber daya budaya dimungkinan untuk menjadi faktor utama yang menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Sumber yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata di antaranya (1) bangunan sejarah, situs, monumen, galeri seni, situs budaya kuno, dan sebagainya; (2) seni dan patung kontemporer, arsitektur, teksti;, pusat kerajinan tangan dan seni, pusat desain, studio artis, industri film, dan sebagainya.

(3) Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto, festival, dan event khusus lainnya. (4) Peninggalan keagamaan seperti pura, candi, masjid, situs, dan sejenisnya. (5) Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan, sanggar, teknologi tradisional, cara kerja, dan sistem kehidupan setempat. (6) Perjalanan ke tempat sejarah menggunakan alat transportasi unik (I Gede Pitana, 2009).

Budaya memiliki  aspek utama, yaitu ide (gagasan), wujud, dan perilaku. Ditinjau dari segi isi, kebudayaan memiliki tujuh unsur pokok, yaitu unsur bahasa, organisasi sosial, sistem perekonomian, sistem teknologi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, dan sistem kesenian. Masing-masing sistem bila dikaitkan dengan karya seni cipta budaya selalu bersinggungan dan berkaitan. Kenapa?

Karena kesenian adalah perwujudan bentuk-bentuk yang ekspresif atau bentuk-bentuk ekspresi dari seseorang. Sebagai bagian dari budaya, kesenian digolongkan menjadi tiga golongan. Seni rupa, misalnya seni patung, kriya, seni grafik, seni reklame, seni arsitektur, dan seni dekorasi. Seni pertunjukan misalnya seni tari, karawitan, seni musik deklamasi, dan seni drama. Kemudian seni audio visual misalnya seni video, seni film (Kusmayati, 2000).

Menurut Havland, 1975 dalam bukunya Kusmayati, seni pertunjukan dapat dipilah menjadi kesenian tradisi, kesenian modern, dan kesenian masa. Kesenian tradisi merupakan kesenian yang berasal dari tradisi masyarakat lokal yang berkembang secara turun-temurun minimal dua generasi. Kesenian modern adalah kesenian yang dikembangkan dari tradisi yang disesuaikan dengan kebutuhan modern. Kesenian masa yang diubah perannya sebagai tontonan yang dapat menarik massa sebanyak-banyaknya.

Menurut Zeppel dan Hall (1992), seni pertunjukan sebagai heritage tourism yaitu bagian dari pariwisata budaya yang menceritakan secara ringkas kepada pengunjung tentang pentingnya motivasi budaya. Seni pertunjukan tradisional, kontemporer, maupun modern merupakan salah satu bentuk atraksi wisata, berupa special event yang menjadi andalan atau daya tarik wisata. Berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan pariwsata berkelanjutan maka seni pertunjukan dalam konteks pariwisata idealnya didasarkan pada penggalian warisan budaya masyarakat setempat agar dapat menggambarkan karakteristik daerahnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: