Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kita Bisa Contoh Korsel saat Hadapi Masa Krisis Lawan Corona, Salah Satunya Adaptasi...

Kita Bisa Contoh Korsel saat Hadapi Masa Krisis Lawan Corona, Salah Satunya Adaptasi... Kredit Foto: AP Photo/Newsis
Warta Ekonomi, Seoul -

Korea Selatan (Korsel) telah melewati masa kritis dari penambahan jumlah infeksi virus corona dalam beberapa hari ini. Langkah tersebut didukung dengan keputusan pemerintah yang melakukan tes secara cepat dan meluas.

Pada akhir Januari, pejabat kesehatan Korea Selatan memanggil perwakilan lebih dari 20 perusahaan medis. Mereka dipanggil ke ruang konferensi yang terletak di dalam stasiun kereta api Seoul yang sibuk.

Baca Juga: Dengan Fitur Unggulannya, Perusahaan Korsel di Indonesia Dukung Pemerintah Atasi Corona

Salah satu pejabat penyakit menular menyampaikan pesan penting. Negara itu perlu tes efektif segera untuk mendeteksi virus corona dan dia berjanji perusahaan akan segera menyetujui peraturan.

Meskipun hanya ada empat kasus yang diketahui di Korea Selatan pada saat itu, nyatanya peserta rapat mengaku cukup ketakutan.

"Kami sangat gugup. Kami percaya bahwa itu bisa berkembang menjadi pandemi," kata peserta pertemuan dan seorang ahli penyakit menular di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), Lee Sang-won.

Sepekan setelah pertemuan 27 Januari, KCDC menyetujui uji diagnostik satu perusahaan dengan perusahaan lain segera menyusul. Pada akhir Februari, Korea Selatan menjadi berita utama di seluruh dunia karena pusat skrining ala drive thru dan kemampuannya untuk menguji ribuan orang setiap hari.

Korsel tidak melakukan penutupan wilayah tetapi mendorong melakukan tes secara cepat dengan 290 ribu orang melakukan tes. Dalam 24 jam, Korea Selatan melaporkan 93 kasus baru dengan tiga orang meninggal dunia. Angka ini menurun dari dua pekan sebelumnya yang menemukan hingga 909 kasus dalam 24 jam.

Respons cepat Korea Selatan terhadap virus corona pun merupakan hasil belajar dari bekas luka di masa lalu. Setelah pecahnya Middle East Respiratory Syndrome (MERS) pada 2015, para kritikus mengecam Presiden Park Geun-hye dan pemerintahannya saat itu.

Mereka dinilai merespons dengan lambat dan kurangnya transparansi atas penyebaran MERS. Kepercayaan publik berkurang di Park, yang dimakzulkan pada tahun 2017 setelah skandal korupsi yang tidak terkait.

Negara ini memiliki 186 kasus MERS, termasuk 38 kematian. Jumlah itu menjadi angka terbesar di luar negara Timur Tengah lainnya.

"Kami tidak akan pernah bisa melupakan kejadian itu. Itu terukir dalam pikiran kita. Kami sangat terluka, dan kami merasa sangat menyesal," ujar KCDC Lee Sang-won.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: