Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

3 Penyebab Angka Kematian Korban Corona Italia Tertinggi di Dunia

3 Penyebab Angka Kematian Korban Corona Italia Tertinggi di Dunia Kredit Foto: Reuters/Manuel Silvestri
Warta Ekonomi -

Italia kini sudah dinobatkan sebagai negara kedua di luar China yang terdampak paling parah terkena pandemi virus corona atau COVID-19.

Dilansir AlJazeera, Selasa 24 Maret 2020, data terbaru angka kematian warga akibat corona di Negeri Pizza sudah melampaui China. Italia mencatat ada 6.078 kematian dari 63.928 yang terinfeksi dengan presentasi tingkat kematian tertinggi di dunia lebih dari 9 persen.

Besarnya jumlah korban COVID-19 di Italia masih menyisahkan banyak tanda tanya. Apa penyebab tingkat kematian virus corona begitu tinggi di sana? Sudah berminggu-minggu briefing harian selalu dilaksanakan oleh Lembaga Perlindungan Sipil Italia yang terus memberikan kabar terbaru tentang jumlah orang yang terbunuh oleh virus mematikan ini.

Meskipun serangkaian kebijakan dan imbauan sudah dilakukan dengan sangat ketat seperti lockdown, dan penutupan semua bisnis yang tidak penting, namun tetap saja angka kematian masih terus melonjak.

Sementara itu, di China di mana wabah ini berasal, angkat kematian akibat virus ini berada pada angkat 3,8 persen. Lalu di Jerman yang sudah melaporkan 24 ribu kasus dengan 94 kematian. Angka tingkat kematiannya ada di presentase 0,3 persen.

Berikut kemungkinan penyebab Italia memiliki tingkat kematian tertinggi dalam wabah virus corona ini, seperti dilansir dari AlJazeera.

1. Umur dan Riwayat Penyakit Pribadi

Virus corona memang dikenal dapat menginfeksi orang-orang dari segala usia. Orang dewasa yang mengarah lebih tua, diketahui sistem kekebalannya menurun seiring bertambahnya usia, sehingga lebih rentan untuk menjadi sakit parah setelah tertular virus.

Di Italia sendiri 85,6 persen dari mereka yang telah meninggal akibat terjangkit virus ini adalah orang yang berumur 70 tahun ke atas menurut laporan Institusi Nasional Kesehatan.

Untuk diketahui, 23 persen dari seluruh populasi orang Italia berusia di atas 65 tahun. Catatan itu pun menobatkan negara mediteranian tersebut berada di posisi kedua di dunia setelah jepang dengan populasi orang lansia terbanyak. Ini dipercaya para pengamat berperan pada peningkatan angka kematian.

Selain itu, faktor lain yang dapat ditengarai menjadi pemicu tingkat kematian menjadi tinggi adalah sistem kesehatan warga Italia itu sendiri. Sistem kesehatan Italia menyediakan cakupan perawatan universal dan sebagian besar bebas biaya.

"Kami memiliki orang lanjut usia dengan banyak penyakit yang mampu hidup lebih lama berkat perawatan yang luas. Tetapi orang-orang ini lebih rapuh daripada yang lain," kata Massimo Galli, kepala unit penyakit menular di Rumah Sakit Sacco di Milan.

2. Kontak Sosial

Para ahli menunjuk "matriks kontak sosial" Italia sebagai alasan lain yang mungkin, meski tidak langsung di balik penyebaran virus corona di kalangan orang tua. 

"Orang-orang lansia Italia, kebanyakan dari mereka hidup sendiri, tidak terisolasi, dan hidup mereka ditandai oleh lebih banyak interaksi intens dengan anak-anak mereka, dan populasi yang lebih muda dibandingkan dengan negara-negara lain," kata Linda Laura Sabbadini, direktur pusat Italia Institut Statistik Nasional.

Ditegaskannya, ketika kejutan eksternal seperti wabah virus corona terjadi, penting bahwa interaksi ini menurun, karenanya mengisolasi orang lansia seharusnya segera menjadi prioritas. 

Italia dinilai terlena dan tidak siap dalam menghadapi serangan wabah ini. Para dokter Italia yang kini sedang berjuang melawan pandemi itu memperingatkan bahwa jika kita tidak bertindak cepat, dan tegas konsekuensinya amat bahaya.

Ahli Epidemologi dan Profesor Kebersihan di Universitas Pisa, Perluigi Lopalco, memperingatkan negara lain harus memperhatikan bagaimana Italia mengambil kebijakan dalam situasi ini.

"Negara-negara lain harus memperhatikan dengan seksama. Setelah China, Italia adalah negara pertama dimana epidemi meletus, oleh karena itu, kita berurusan dengan efek dari epidemi stadium lanjut," kata Perluigi.

3. Tenaga Medis Tanpa APD Memadai

Di kota Lombardy, beberapa dokter yang berada di garis depan dalam melawan virus ini bekerja tanpa peralatan pelindung yang memadai. Menurut laporan yang membuat mereka berisiko tinggi sudah ada 14 tenaga medis kehilangan nyawa, dan total 3.700 perawat dan dokter terinfeksi saat bertugas.

Pihak berwenang di wilayah yang paling terdampak di Italia itu sedang berlari dengan waktu untuk terus mengisolasi orang, dan menemukan tempat tidur untuk pasien. Di pusat kota Milan, hotel Michelangelo bintang empat sedang diubah menjadi fasilitas karantina untuk 300 orang.

Sementara paviliun pameran diubah menjadi bangsal perawatan untuk jumlah pasien yang sama. Keduanya ini dijadwalkan akan beroperasi pada akhir minggu ini.

"Kita seperti orang yang tenggelam ke laut dengan ujung hidungnya masih bisa mencapai permukaan. Orang itu masih bernapas, tetapi juga berharap gelombang baru tidak datang," ungkap Galli.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: