Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Guys! Selama Pandemi Corona Jangan Hamburkan Uang, Yak!

Guys! Selama Pandemi Corona Jangan Hamburkan Uang, Yak! Kredit Foto: Freepik/Jonan111
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebagai salah satu langkah yang dilakukan untuk memutus peredaran wabah corona (Covid-19), pemerintah telah menetapkan program Work from Home (WFH) atau beraktivitas di dalam rumah.

Kebijakan WFH ini tentu akan berdampak kepada munculnya ketidakpastian kapan akan berakhirnya masa pandemik corona ini. Ketidakpastian itu akan berimbas pada aktivitas ekonomi, terutama pengeluaran.

Baca Juga: Perppu Stabilitas Keuangan Tidak Boleh Dimanfaatkan Penumpang Gelap

Pakar perencana keuangan (financial planner), Aidil Akbar Madjid, mengatakan bahwa di tengah kondisi seperti ini, masyarakat diimbau untuk berhemat. Aidil menilai langkah berhemat ini sangat penting untuk mengantisipasi makin lamanya pandemi corona ini akan berakhir.

Apalagi, saat ini wabah corona telah membuat sejumlah perusahaan melakukan efisien melalui pengurangan jumlah karyawan atau pegawai. "Jangan menghambur-hamburkan uang karena PHK ini akan terjadi. Kalau PHK massal terjadi, kita mesti siapkan dana-dana yang ada. Jangan buat  foya-foya. Jangan dipakai untuk yang tidak penting," kata Aidil kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Jumat (3/4/2020).

Aidil juga menyarankan kepada masyarakat untuk menahan belanja yang tidak menjadi prioritas selama masa tanggap darurat. "Jangan belanja-belanja yang sifatnya bukan kebutuhan pokok. Jangan jajan-jajan ga penting. Sebisa mungkin kita simpan uang kita sebanyak-banyaknya," tegasnya.

Ia juga memprediksi beberapa bulan ke depan akan sulit bagi perusahaan untuk bertahan di tengah situasi saat ini. Karena makin lama wabah corona ini selesai, makin perusahaan berhitung.

"Kalau memang Mei atau Juni selesai (Covid-19), alhamdulilah. Namun kalau Mei-Juni selesai, butuh waktu satu kuartal atau tiga bulan bagi perusahaan untuk melakukan recovery. Kalau selesai di Juli berarti perusahaan itu baru bisa beroperasi normal di Oktober atau November. Jadi kemungkinan terburuknya PHK massal," ucapnya.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: