Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Senang Dapat Repo Line 60 Miliar Dolar AS dari The Fed

BI Senang Dapat Repo Line 60 Miliar Dolar AS dari The Fed Kredit Foto: BI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mencapai kesepakatan kerja sama repurchase agreement line (repo line dengan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) senilai 60 miliar dolar AS. Repo Line merupakan fasilitas yang memungkinkan bank sentral atau otoritas moneter mendapatkan likuiditas dolar AS dengan menjual secara temporer surat berharga yang dimiliki seperti US treasury, dengan disertai perjanjian untuk membeli kembali.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa kesepakatan ini dapat dimanfaatkan BI apabila membutuhkan likuiditas dolar AS.

Baca Juga: Optimis! BI Yakin Rupiah Bisa Menguat ke Rp15.000/US$

"Kami sampaikan bahwa repo line ini suatu kerja sama kalau BI memerlukan likuiditas dolar ini bisa digunakan. Kami belum ada rencana untuk gunakan, tapi kalau diperlukan akan digunakan," ujar Perry di Jakarta.

Dia melanjutkan, kerja sama repo line yang dikategorikan sebagai Foreign and International Monetary Authorities (FIMA) hanya diberikan kepada sejumlah bank sentral negara berkembang (emerging market). Hal ini mengindikasikan kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesia dan kebijakan makroekonomi yang ditempuh.

"Kerja sama The Fed hanya dengan sejumlah negara di emerging market termasuk Indonesia. Ini bagian dari vote of confidence bahwa Indonesia punya prospek yang bagus, kebijakan-kebijakan kita baik makro ekonomi, bidang keuangan dan itu bagian dari vote of confidence."

Selain itu, BI juga memiliki kerja sama repo line dengan beberapa lembaga, yaitu Bank for International Settlements (BIS) senilai 2,5 miliar dolar AS, Monetary Authority of Singapore (MAS) senilai 3 miliar dolar AS, dan bank sentral lain di kawasan senilai 500 juta s.d. 1 miliar dolar AS.

Kesepakatan ini akan memperkuat bantalan kedua atau second line of defense yang telah dimiliki BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, seperti kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) dengan beberapa negara, yaitu dengan People’s Bank Of China (PBOC) senilai CNY200 miliar atau (setara 30 miliar dolar AS), Bank of Japan (BOJ) senilai 22,76 miliar dolar AS, Bank Of Korea (BOK) senilai KRW10.7 triliun (setara Rp115 triliun), dan Monetary Authority of Singapore (MAS) senilai 10 miliar dolar AS.

Sementara, bantalan pertama atau first line of defense dalam bentuk cadangan devisa, menurut Perry, sejauh ini masih sangat mencukupi kendati mengalami penurunan 9,4 miliar dolar AS. Sebelumnya, BI mengumumkan posisi cadangan devisa pada akhir Maret sebesar US$ 121 miliar.

Dari total cadangan devisa tersebut, mayoritas berbentuk likuid yang dapat digunakan langsung untuk menstabilkan nilau tukar rupiah. Sementara, sisanya dalam bentuk aset lain yang dapat memberikan keuntungan, salah satunya surat berharga atau trasury AS.

"Saya nyatakan di sini, jumlah cadangan devisa lebih dari cukup. Selain bilateral swap, kita punya repo line dengan The Fed jumlahnya 60 dolar AS," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: