Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngeri! ILO: Covid-19 Tingkatkan Pengangguran Global

Ngeri! ILO: Covid-19 Tingkatkan Pengangguran Global Kredit Foto: Antara/Risky Andrianto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Krisis Covid-19 diperkirakan dapat mengurangi 6,7 persen jam kerja secara global dalam kuartal kedua tahun 2020 yang setara dengan 195 juta pekerja penuh waktu.

Pengurangan besar terjadi di negara-negara Arab (8,1 persen, setara dengan 5 juta pekerja penuh waktu), Eropa (7,8 persen atau 12 juta pekerja penuh waktu), dan Asia dan Pasifik (7,2 persen atau 125 juta pekerja penuh waktu).

Baca Juga: Ombak PHK Terjang Jatim: 1.923 Pekerja Di-PHK, 16.086 Dirumahkan

Kehilangan besar diperkirakan terjadi pada berbagai kelompok pendapatan yang berbeda-beda terutama di negara-negara berpendapatan menengah ke atas (7,0 persen, 100 juta pekerja penuh waktu). Ini jauh melampaui dampak krisis keuangan tahun 2008-2009. Sektor-sektor yang paling berisiko mencakup layanan akomodasi dan makanan, manufaktur, eceran, serta kegiatan bisnis dan administratif.

Peningkatan pengangguran global secara keseluruhan selama 2020 akan sangat tergantung pada perkembangan dan langkah kebijakan selanjutnya di masa mendatang. Ada risiko tinggi perkiraan angka di akhir tahun akan jauh lebih besar dari proyeksi awal ILO, yaitu sebesar 25 juta. Lebih dari empat dari lima orang (81 persen) dalam angkatan kerja global sebesar 3,3 miliar saat ini terkena dampak penutupan tempat kerja secara penuh atau sebagian.

"Para pekerja dan dunia usaha sedang menghadapi bencana, baik di perekonomian maju dan bekembang," ujar Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder. "Kita harus bergerak cepat, tepat, dan bersama-sama. Langkah-langkah yang tepat dan cepat dapat memberikan perbedaan antara bertahan dan kehancuran."

Laporan ILO edisi kedua: Covid-19 dan dunia kerja, yang menggambarkan Covid-19 sebagai "krisis global terburuk sejak Perang Dunia II" merupakan informasi terkini dari kajian ILO yang diterbitkan pada 18 Maret. Versi terkini ini mencakup informasi sektor dan regional mengenai dampak pendemi.

Menurut studi terbaru, 1,25 miliar pekerja berada di sektor-sektor yang dianggap berisiko tinggi terhadap peningkatan "drastis dan mengenaskan" dalam pemutusan hubungan kerja dan pengurangan upah serta jam kerja. Banyak dari mereka berada dalam pekerjaan yang berupah rendah dan berketerampilan rendah sehingga hilangnya pendapatan secara mendadak menghancurkan kehidupan mereka.

Dilihat secara kawasan, proporsi pekerja dalam sektor-sektor yang "berisiko" ini bervariasi dari 43 persen di kawasan Amerika hingga 26 persen di Afrika. Di sejumlah kawasan, terutama Afrika, memiliki tingkat informalitas yang lebih tinggi berpadu dengan kurangnya perlindungan sosial, tingginya kepadatan penduduk dan lemahnya kapasitas, memperburuk tantangan kesehatan dan ekonomi yang dihadapi pemerintah, demikian laporan mengingatkan.

Di seluruh dunia, dua miliar orang bekerja di sektor informal (umumnya di perekonomian yang baru muncul dan berkembang) serta paling berisiko.

Perangkat kebijakan dalam skala besar dan terpadu diperlukan, terfokus pada empat pilar: mendukung perusahaan, pekerjaan dan pendapatan; mendorong ekonomi dan pekerjaan; melindungi pekerja di tempat kerja; dan memanfaatkan dialog sosial antara pemerintah, pekerja, dan pengusaha untuk mencari jalan keluar, demikian menurut studi.

"Ini meupakan ujian terbesar dalam kerja sama internasional selama lebih dari 75 tahun," kata Ryder. "Jika satu negara gagal, kita semua gagal. Kita harus mencari jalan keluar yang dapat membantu semua lapisan masyarakat global, terutama mereka yang paling rentan atau paling tidak mampu menolong diri mereka sendiri."

"Pilihan yang kita buat hari ini akan secara langsung memengaruhi bagaimana krisis ini berkembang dan begitu pula dengan kehidupan miliaran orang," ia menambahkan.

"Dengan langkah-langkah yang tepat kita dapat membatasi dampak dan akibat yang ditinggalkannya. Kita harus membangun kembali dengan lebih baik sehingga sistem kita lebih aman, lebih adil, dan lebih berkelanjutan dari sebelum krisis ini terjadi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: