Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pakar Ekonomi: Hanya Sektor Pertanian yang Bertahan dari Gejolak dan Krisis

Pakar Ekonomi: Hanya Sektor Pertanian yang Bertahan dari Gejolak dan Krisis Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Senior dari UIN Jakarta, Pheni Chalid, memandang bahwa sektor pertanian adalah sektor kunci untuk menstabilkan ekonomi negara, terutama dalam menghadapi pandemi virus corona. Menurut dia, sektor pertanian selama ini terbukti mampu bertahan dalam situasi apapun termasuk krisis moneter dan defisit perdagangan.

"Sektor pertanian tahan terhadap goncangan ekonomi. Maksudnya, sektor ini hampir tidak dipengaruhi oleh krisis moneter termasuk krisis defisit perdagangan yang selalu rentan terjadi di negara berkembang," ujar Pheni, Rabu (8/4/2020).

Baca Juga: Corona Menjadi-jadi, Titah Jokowi pada Mentan: Pertanian Terus Berproduksi

Pheni mengatakan, ada dua hal yang menyebabkan sektor pertanian mampu bertahan dari ancaman krisis. Pertama, kata dia, pertanian saat ini rata-rata mampu memproduksi barang massal dengan kekuatan teknologi dan daya dukung manajemen yang sangat baik. Kedua, produksi pertanian yang dikelola selalu memiliki added value bagus sehingga mampu bersaing dengan sektor lain.

"Namun sebaliknya, jika sebuah negara hanya memproduksi dengan teknologi yang sederhana dan added value yang sangat rendah, akan sangat sulit untuk menuju pasar ekspor. Apalagi mau menguasai pasar global karena harganya tidak kompetitif," katanya.

Pheni mengatakan, sektor pertanian memiliki banyak keuntungan karena sektor ini adalah sektor real dengan komoditas yang sangat konkret. Sektor pertanian mampu berkembang baik di tengah krisis karena bukan hasil perhitungan spekulasi.

"Belajar dari krisis moneter tahun 1998, harga komoditas pertanaian meningkat sangat tinggi. Apalagi kalau hasil pertanaian diekspor, harganya akan berlipat. Goncangan krisis 1998 tidak menimbulkan kepanikan di kalangan rakyat atau petani. Padahal, nilai tukar 1 US$ ekuivalen IDR 15 ribu, mencapai nilai tukar tingkat tertinggi pada masa itu," katanya.

Pheni menegaskan bahwa sektor pertanian sama sekali tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi moneter. Satu-satunya spekulasi hasil pertanian hanya dilakukan oleh para tengkulak.

"Misalnya tebu, padi, jagung, dan produk pertanian lainnya saya yakin tidak akan terlalu sensitif terhadap fluktuasi fiskal apalagi spekulasi moneter. Aneka produk agraris itu hanya sensitif terhadap impor komoditas," katanya.

Pheni berkeyakinan bahwa selama Indonesia mempertahankan produksi pertanian secara berkemajuan, goncangan fiskal dan krisis moneter tidak akan berdampak besar terhadap kelangsungan produksi pertanian.

"Malahan sebaliknya, sebagaimana yang terjadi di masa krisis moneter tahun 97-98, para petani akan memetik keuntungan berlipat pada masa krisis karena harga komoditas melambung bersamaan dengan meningkatnya harga dolar," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: