Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ya Tuhan, Corona di Negara Donald Trump Tembus 400 Ribu Kasus

Ya Tuhan, Corona di Negara Donald Trump Tembus 400 Ribu Kasus Kredit Foto: Reuters/Carlos Barria
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jumlah orang yang terinfeksi virus corona atau covid-19 di Amerika Serikat (AS) sudah menembus 400 ribu orang tepatnya 426.300 kasus pada Kamis (9/4/2020). Angka ini memperlihatkan kenaikan signifikan korban corona di negeri Paman Sam tersebut jika dibandingkan dengan hari Minggu (5/4/2020) yang tercatat masih sebesar 300 ribuan kasus.

Dari total kasus tersebut, ada sebanyak 14.622 orang meninggal dunia dan 22.233 pasien yang berhasil sembuh.

Baca Juga: Puji Syukur! Amerika Catat Penurunan Kasus Infeksi dan Kematian Akibat Corona, Ini Jumlahnya

Hingga kini Kota New York masih menjadi pusat wabah virus corona di Amerika Serikat dengan jumlah sebanyak 149.316 kasus. Kemudian disusul kota-kota lain seperti New Jersey (47.437 kasus), Michigan (20.346 kasus), dan California (18.535 kasus).

Teranyar, Presiden AS, Donald Trump, meluapkan kemarahannya kepada World Health Organization (WHO). Trump menyebut WHO telah gagal dalam merespons kegawatan virus yang telah menewaskan belasan ribuan nyawa warga AS itu. Tak hanya itu, Trump juga menilai bahwa WHO yang sejatinya didanai oleh AS justru terlalu berpihak pada China.

Melalui akun Twitter pribadinya, Trump menyebut WHO telah melakukan tindakan yang merugikan AS, terutama dalam hal penanganan wabah corona.

"WHO benar-benar gagal. Untuk beberapa alasan, sebagian besar didanai oleh Amerika Serikat, namun sangat China sentris. Kami akan memberikan tampilan yang bagus," tegas Trump.

Kekecewaan Trump semakin menjadi-jadi dengan mengatakan bahwa WHO telah memberikan mereka rekomendasi yang salah perihal upaya menjaga perbatasan AS terbuka ke China.

Sebagaimana diketahui, pada awal munculnya wabah corona di Wuhan, WHO merekomendasikan negara-negara lain untuk menjaga perbatasan mereka supaya tetap terbuka. Rekomendasi itu dilatarbelakangi oleh anggapan WHO bahwa pelarangan bepergian dan pembatasan interaksi dengan China akan berdampak negatif terhadap ekonomi dan sosial, khususnya dalam hal ekspor-impor.

"Kami akan menahan uang yang dikirim ke WHO. Kita akan memegangnya dengan kuat dan kita akan melihatnya. Kita akan menyelidikinya, kita akan melihatnya. Tetapi, kita akan melihat untuk mengakhiri pendanaan," pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: