Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Alhamdulillah, Produksi Padi Purwakarta Surplus 12 Ribu Ton di April 2020

Alhamdulillah, Produksi Padi Purwakarta Surplus 12 Ribu Ton di April 2020 Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Kabupaten Purwakarta mampu mempertahankan kestabilan beras di tengah ancaman wabah virus corona. Ini dibuktikan dengan 50 hektare area persawahan di Kecamatan Tegalwaru berhasil dipanen Dinas Pangan dan pertanian setempat bersama Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) Desa Warung Jeruk Kecamatan Tegalwaru baru-baru ini.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengatakan bahwa sebetulnya setiap hari di Purwakarta ada panen sekaligus tanam.

Baca Juga: Mentan SYL Buktikan Panen Sedang Berlangsung di Seluruh Wilayah Indonesia

"Kebetulan panen kemarin (Selasa, 14 April 2020) bersamaan dengan acara panen raya padi secara serempak yang dilaksanakan melalui video converence dengan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Bapak KASAD, Jenderal Andika Perkasa, yang secara langsung berkomunikasi dengan beberapa kepala daerah," ujar Agus, Rabu (15/4/2020).

Agus menuturkan untuk bulan April ini sedang masuk musim panen raya sehingga rata-rata panen setiap hari lebih dari 200 hektare. Pada bulan Maret 2020, luas panen padi sebanyak 4.451 hektare, setiap hari rata-rata panen sekitar 140 hektare.

"Panen padi kemarin dari luas tanam mencapai 134 hektare dan panennya mencapai 274 hektare," ungkapnya.

Agus menyatakan berdasarkan luas tanam di bulan Januari tahun ini, optimis pada April ini akan panen sekitar 5100 hektare. Dengan asumsi produktivitas per hektare minimal 6 ton gabah kering giling, diperkirakan menghasilkan padi sekitar 30.600 ton, ekuivalen dengan 19.200 ton beras.

"Dengan kata lain, kami sangat optimis Purwakarta akan memberikan surplus beras. Produksi bulan April saja, surplus sekitar 12.000 ton karena untuk kebutuhan konsumsi daerah dengan jumlah penduduk 950.660 jiwa diperkirakan kebutuhan beras untuk sebulan hanya sekitar 7.100 ton," bebernya.

Sementara itu, Agus menambahkan pada bulan Mei 2020, ditargetkan panen seluas 4.800 hektare dan panen untuk tahun 2020 ini optimis mencapai target panen sekitar 40.000 hektare. "Dari prognosis kebutuhan dan produksi beras di Kabupaten Purwakarta, walaupun dalam suasana pandemi wabah virus corona ini, beras akan tetap surplus," tegas dia.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Sri Asih I Desa Warung Jeruk Kecamatan Tegalwaru, Abdul Rojak, mengaku di tengah pandemi Covid-19 para anggota kelompok tani tetap menggarap persawahan. Petani akan memaksimalkan potensi lahan dan air dan saat ini pun kelompok taninya sudah menerima bantuan benih yang siap sebar.

"Jenis padi yang kami tanam adalah padi Varietas Inpari 32, hasilnya sangat memuaskan. Dari biasanya rata-rata provitas 7 ton per hektare gabah kering panen, saat ini dari ubinan kami mencapai 8,3 ton per hektare atau sekitar 7.25 ton gabah kering giling. Hasil ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya," ungkapnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, mengatakan bahwa Kementan terus membantu petani dengan memberikan berbagai bantuan seperti benih, pupuk, alat mesin pertanian agar memudah petani terus memproduksi dan langsung tanam. Kementan pun berkomitmen menyerap gabah petani sehingga harga yang diterima petani menguntungkan saat panen.

"Sesuai arahan Menteri Pertanian, kami meminta agar kepala dinas pertanian provinsi dan kabupaten mendampingi Komando Strategis Penggilingan (Kostraling) penggilingan untuk akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) sehingga mampu menyerap gabah petani," ujarnya.

Tak sampai di situ, sambung Suwandi, Kementan mendorong agar Kostraling segera bermitra dengan pasar online, market place, startup, e-commerce untuk memperlancar distribusi beras medium, premium, dan beras khusus secara lancar dan efisien. Dengan begitu, kebutuhan pangan khususnya beras mudah diakses masyarakat.

"Kami dekatkan produsen dan konsumen agar memperlancar distribusi karena dengan kondisi wabah corona dan kebijakan pemerintah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang menjadi persoalan adalah distribusi yang kemudian akan berdampak pada harga," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: