Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dinilai Tak Tunjukkan Empati, Natalius Pigai: Cara Pandang Luhut Itu Materialisme

Dinilai Tak Tunjukkan Empati, Natalius Pigai: Cara Pandang Luhut Itu Materialisme Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mantan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai, menanggapi pernyataan Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengenai jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia yang masih jauh lebih kecil dibanding Amerika Serikat.

Amerika tercatat sebagai negara dengan angka kasus Covid-19 tertinggi yakni 587.173 kasus positif dan 23.644 kasus kematian. Luhut bertanya kenapa jumlah yang meninggal sampai hari ini angkanya tidak sampai 500? Padahal, penduduk Indonesia 270 juta dan yang terinfeksi 4.000 lebih, yang jika dikali sepuluh jadi 50.000.

Baca Juga: Bandingkan dengan AS, Luhut: Maaf, yang Meninggal karena Corona Nggak Sampai 500

"Cara pandang Jenderal Luhut itu materialisme, dialektika, dan logika maka aspek kemanusiaan dan nilai spiritualitas menjadi terabaikan. Pandangan semacam itu akan berbahaya karena empati, simpati, dan peduli menjadi hampa," kata Pigai, Rabu (15/4/2020).

Pigai melanjutkan, pandangan Luhut itu membuat hak atas hidup dan kehidupan manusia menjadi nihil sehingga potensi besar mengesampingkan iman Kristen (agama dari Luhut), di mana 1 nyawa manusia itu lebih berharga.

"Selain itu, saya melihat Luhut juga heran dan secara implisit meragukan kebenaran jumlah kasus Covid-19," kata Pigai lagi.

Pigai menuturkan jumlah OPD, PDP, dan kematian di USA, Italia, dan Spanyol tinggi karena meraka sangat transparan dan pemimpinnya memiliki niat yang tulus untuk menuntaskan wabah virus corona. Mereka melakukan test corona secara masif, sistem informasi terbuka, bahkan jujur sehingga angka kematian menjadi banyak.

"Berbeda dengan Indonesia sedari awal semua informasi sangat tertutup bahkan sengaja ditutupi, penyediaan ruang isolasi yang terbatas, pusat pengujian terfokus di Jakarta, serta minimnya rapid test telah menjawab dugaan dunia internasional bahwa Indonesia sedang berbohong," kata Pigai.

Sebelumnya, Luhut membandingkan wabah corona antara Amerika Serikat dan Indonesia. Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang berpenduduk 330 juta lebih, Luhut menilai jumlah pasien positif dan korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Indonesia ini lebih kecil.

"Okelah kita mungkin kurang testing kit-nya, tapi saya bilang tadi sudah dikali jadi 50.000," ujarnya.

Berdasarkan data terbaru Selasa, 14 April 2020, jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 melalui pemeriksaan PCR secara real time sebanyak 4.838 orang, 426 orang sembuh, dan 459 orang meninggal dunia. Sementara, jumlah ODP sebanyak 139.137 orang dan PDP sebanyak 10.482 orang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: