Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pak Nadiem, Siswa di Desa Terpencil Jatim Tak Punya Internet, Sampai Belajar Lewat SMS!

Pak Nadiem, Siswa di Desa Terpencil Jatim Tak Punya Internet, Sampai Belajar Lewat SMS! Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Bogor -

Belajar dari rumah melalui kelas daring tak bisa dilakukan oleh seluruh siswa di Indonesia. Buktinya, sejumlah siswa yang tinggal di desa terpencil di Jawa Timur, harus belajar menggunakan layanan pesan singkat (SMS).

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Wahid Wahyudi di Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Jumat (17/04/2020) malam. Ia mengakui, ada sejumlah siswa sekolah (SMA/SMK/PK-PLK) di Jawa Timur yang tidak bisa mendapatkan akses internet di masa pandemi Covid-19, sehingga tidak bisa melaksanakan kegiatan belajar di rumah seperti tertera dalam SE Gubernur.

Sekolah yang mengalami nasib seperti itu di antaranya berada di desa terpencil di Kabupaten Pacitan. Ada juga enam sekolah di Pulau Sakala, kawasan kepulauan di Kabupaten Sumenep, Madura. Karena tidak ada jaringan internet, keenam sekolah di kepulauan itu tetap melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. "Tapi tetap memperhatikan protokol kesehatan, dan jumlah muridnya juga sedikit," ujarnya.

Baca Juga: Enggak Cuma Karyawan Ramayana, Buruh Pabrik Juga Terancam Dirumahkan Akibat Corona

Yang unik lima sekolah yang juga berada di kepulauan lain di Sumenep. Karena tidak ada jaringan internet, kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan dari rumah tapi dengan mengandalkan layanan SMS. "Kalau yang di Pacitan terkadang masih bisa menggunakan WhatsApp," tandas Wahid. 

Di sisi lain, mantan Kepala Dinas Perhubungan Jatim itu menuturkan bahwa masa belajar di rumah yang semula sampai 21 April 2020 kemungkinan akan diperpanjang sampai Juni 2020. Draf Surat Edaran Gubernur tentang itu pun sudah beredar di grup-grup WhatsApp para pegiat pendidikan di Jatim.

Ada dua pertimbangan masa belajar dar rumah diperpanjang. Pertama, papar Wahid, karena kondisi yang tidak memungkinkan akibat pandemi corona. Kedua, sesuai kurikulum, kegiatan belajar-mengajar selama Mei-Juni tidak terlalu padat karena bulan Ramadhan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: