Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Imbas Corona, Bank-Bank Besar AS Dana Miliaran Dolar untuk...

Imbas Corona, Bank-Bank Besar AS Dana Miliaran Dolar untuk... Kredit Foto: Reuters/Brian Snyder
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seluruh lembaga keuangan telah membuat beberapa skenario terburuk dari dampak Covid-19. Bahkan, industri perbankan pun turut membuat untuk menyelamatkan perekonomian negara maupun industrinya.

Melansir CNN Business, Jakarta, Minggu (19/4/2020), seperti di Amerika Serikat, bank-bank besarnya merencanakan situasi terburuk akan dampak covid ini. Bank of America, JPMorgan Chase, Citigroup, Wells Fargo dan US Bancorp (USB) telah menyisihkan tambahan USD35 miliar selama kuartal pertama untuk melindungi terhadap pinjaman yang tertahan, menurut data Edward Jones.

Jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya menggarisbawahi besarnya goncangan ekonomi dan ketidakpastian besar tentang bentuk pemulihan. Selain itu, standar akuntansi baru yang mengharuskan bank untuk memproyeksikan kerugian selama masa pinjaman.

"Saya belum pernah melihat yang seperti ini. Ini sangat menakjubkan," kata analis perbankan di Edward Jones, James Shanahan.

Baca Juga: S&P Revisi Prospek Utang RI dari Stabil Jadi Negatif, Gimana Pendapat Bank Indonesia?

JPMorgan (JPM), bank terbesar di Amerika, melaporkan penurunan 69% dalam laba kuartal pertama karena menyisihkan cadangan sebesar $ 6,8 miliar, sebagian besar untuk melindungi terhadap default terkait virus corona.

Berbeda dengan Resesi Hebat, yang terjadi di banyak tempat, krisis ini datang sekaligus. Itu membutuhkan respons cepat dari bank.

Bank of America (BAC), menyatakan kondisi ekonomi saat ini dan yang dimungkinkan lebih lemah membuat untuk peningkatan penyerapan cadangan kerugian sebesar USD3,6 miliar.

"Kami percaya penangguhan, ditambah dengan stimulus pemerintah untuk individu dan bisnis kecil, harus membantu meminimalkan kerugian di masa depan," kepala pejabat keuangan di Bank of America, Paul Donofrio.

Apalagi mengingat kenaikan jumlah pengangguran di AS. Hal ini memberikan kerugian tertinggi di perekonomian.

"Kami memperkirakan kerugian konsumen akan meningkat akhir tahun ini dan berpotensi memasuki tahun 2021," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: