Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nihil Hasil Positif, Lockdown India Dinilai Malah Bikin Warganya...

Nihil Hasil Positif, Lockdown India Dinilai Malah Bikin Warganya... Kredit Foto: Reuters/Anushree Fadnavis
Warta Ekonomi, New Delhi -

Bulan lalu, selama minggu pertama lockdown virus corona di India, psikiater Maneesh Gupta sedang berbicara dengan seorang pasien berusia 15 tahun di telepon.

Gupta khawatir kondisi remaja yang tinggal di sebuah desa di negara bagian Uttar Pradesh, semakin buruk akibat lockdown. India berlakukan lockdown pertama kali pada 25 Maret dan diperpanjang hingga 3 Mei.

Baca Juga: Wow, India Ubah Kompleks Istana Presiden Jadi Lokasi Karantina Virus Corona

 

Gupta meresepkan obat-obatan melalui telepon dan memberi ayahnya catatan medis. Tetapi ayah bocah itu tidak dapat mengambil obat di apotek terdekat karena dilarang polisi.

Dokter Gupta akhirnya menemukan apotek di dekat perbatasan Delhi-Uttar Pradesh yang memiliki obat-obatan, tetapi ayah anak itu dihentikan oleh polisi. Petugas tidak percaya bahwa anak ayah itu memiliki masalah kejiwaan.

 

Gupta kemudian mengingat ada kenalan di kepolisian. "Polisi itu setuju dan melakukan perjalanan 64km untuk mengambil obat-obatan untuk bocah itu," kata mengutip Al Jazeera, Jumat (24/4/2020).

Tetapi jutaan pasien lain dengan penyakit mental di India mungkin tidak seberuntung itu.

"Pasien lain, seorang wanita berusia 64 tahun, mengurangi obat-obatannya setengah dosis karena dia tidak bisa pergi ke klinik saya," kata Gupta.

"Pada akhirnya, satu-satunya pasien yang bisa saya bantu adalah mereka yang memiliki akses ke kendaraan," kata Gupta kepada Al Jazeera.

Dr Anirban Patra, yang bekerja di Rumah Sakit Pavlov di Kolkata, mengatakan bahwa dia melihat penurunan kunjungan pasien. "Turun menjadi 20 persen dari apa yang kita lihat pada hari biasa," ujarnya.

"Banyak pasien saya mendapatkan obat-obatan dari rumah sakit. Sifat dari obat-obatan ini adalah Anda harus meminumnya dalam waktu yang lama, kemudian dikurangi secara bertahap. Berhenti mendadak bisa berbahaya," lanjutnya.

Anjali, LSM kesehatan mental masyarakat miskin di seluruh negara bagian Benggala Barat, mengoordinasikan distribusi obat-obatan dari rumah sakit.

"Logistik terbukti mendapat tantangan yang fenomenal meskipun kami telah mendapatkan izin dari polisi," kata pendiri Anjali, Ratnaboli Ray, juga seorang psikolog klinis dan pembela hak asasi manusia.

"Staf dan sukarelawan kami terus-menerus dihentikan oleh polisi dan pejabat di lapangan tidak menyadari betapa pentingnya pelayanan kesehatan ini," katanya," tuturnya.

Pada 25 Maret, hari pertama lockdown India, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga mengeluarkan pedoman pengobatan jarak jauh. Pasien mendapatkan resep elektronik.

Seorang dokter pemerintah di King George Medical University di Lucknow, yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, fasilitas telemedicine belum dimulai di rumah sakitnya dan diharapkan akan segera dimulai.

"Sejujurnya, pasien kami kebanyakan adalah orang miskin pedesaan," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: