Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Oh Ini Biang Kerok Rupiah Terus Lesu

Oh Ini Biang Kerok Rupiah Terus Lesu Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh faktor teknikal. Pada Selasa (28/4), rupiah ditutup pada level Rp15.380, melemah Rp70 dari hari sebelumnya Rp15.310 (27/4/2020).

"Pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh faktor teknikal, yaitu kebutuhan valuta asing dari korporasi yang relatif tinggi sesuai pola historikalnya serta langkah pemerintah di berbagai daerah dalam penerapan PSBB yang oleh sejumlah pelaku pasar dipersepsikan akan berdampak menurunkan pertumbuhan ekonomi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu (29/4/2020).

Selain hal itu, lembaga rating Fitch memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 sekitar 2,8% (yoy), lebih rendah dari tahun sebelumnya, meskipun masih lebih tinggi dari perkiraan BI yaitu sekitar 2,3% (yoy).

Baca Juga: BI Ramal Inflasi April 2020 Merosot

Walau demikian, ada beberapa faktor positif yang memengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu jumlah penawaran untuk lelang SBN yang tinggi, sebesar Rp44,4 triliun.

"Hal tersebut menunjukan minat investor asing dalam dan luar negeri untuk membeli SBN yang tinggi. Selain itu, penguatan futures saham di Amerika Serikat dan Eropa juga merupakan faktor positif yang memengaruhi pergerakan nilai tukar," jelasnya.

Secara keseluruhan, nilai tukar rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat mengarah ke Rp15.000 pada akhir tahun, didukung oleh empat faktor. Pertama, secara fundamental, nilai tukar rupiah masih undervalued, didukung oleh defisit transaksi berjalan triwulan I akan lebih rendah dari 1,5% PDB dan secara keseluruhan pada 2020 akan lebih rendah dari 2% PDB.

"Penurunan defisit transaksi berjalan tersebut berarti bahwa kekurangan devisa akan lebih rendah sehingga mendukung penguatan nilai tukar rupiah ke arah fundamentalnya," paparnya.

Kedua, bank sentral akan selalu berada di pasar dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Faktor ketiga, arus modal asing diprakirakan akan masuk ke Indonesia. Secara historis periode 2011–2019 di Indonesia, outflow relatif kecil dalam periode yang pendek dan diikuti dengan inflow yang besar dalam peiode yang panjang.

Data menunjukkan rata-rata outflow sebesar Rp29,2 triliun dengan durasinya sekitar 3-4 bulan dan diikuti inflow sebesar Rp229,1 triliun dengan durasi sekitar 21 bulan. Dan faktor terakhir adalah premi risiko diprakirakan akan menurun setelah pandemi Covid-19 berakhir.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: