Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anies Diminta Tindak Warga Pinggiran Pakai Tangan Besi

Anies Diminta Tindak Warga Pinggiran Pakai Tangan Besi Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi -

Diperpanjangnya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta hingga 22 Mei diragukan efektivitasnya. Soalnya, wilayah pinggiran kota sampai perkampungan tetap ramai seperti biasa.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diminta bertindak. Kalau perlu pake tangan besi. Misalnya di sejumlah jalan di Jakarta Barat. Titik keramaian terlihat di antaranya di Jalan Pesanggrahan Raya, Jalan Panjang Raya, dan Jalan Tomang Raya.

Selain jalan yang ramai, memasuki Ramadhan, banyak titik pedagang takjil di pinggir jalan saat sore menjelang buka puasa. 

Misalnya di Jalan Panjang, Kelapa Dua Raya, Kebon Jeruk. Tepatnya di sisi ruas arah Kebayoran Lama. Setiap sore padat penjual takjil buka puasa. Hanya saja, semua penjualnya kini bermasker, memakai sarung tangan, dan lapak berjauhan satu sama lain.

Aktivitas pedagang takjil memicu keramaian para pembeli yang melewati jalanan tersebut. Mendekati waktu berbuka, warga pun berkerumun. Pemotor yang lewat, behenti sejenak di depan lapak. Seolah tak mengindahkan aturan social distancing dalam PSBB. Meski demikian, pasar takjil dadakan ini dijaga oleh sejumlah petugas gabungan. Jika tampak ada kerumunan, para petugas ini memperingati warga.

"Sudah rutin setiap puasa, selalu dagang takjil. Sekarang agak jauhan lapaknya. Pakai masker, sarung tangan," ungkap seorang pedagang minuman di lokasi.

Masih di Jakarta Barat, kondisi Taman Meruya Kembangan, juga penuh saat sore hari. Sejumlah warga berbelanja makanan untuk berbuka puasa. Di wilayah Kapuk, Rawa Buaya, Tegal Alur, Kalideres di Cengkareng, jalanan juga mulai ramai. Baik oleh kendaraan ataupun kerumunan penjual jualan takjil saat sore hari jelang Maghrib.

Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Barat Erwansyah mengakui, sejumlah ruas jalan raya di Jakarta Barat mulai ramai, seperti di pintu Tol Kebon Jeruk dan Jalan S Parman. Diakui Erwansyah, selama hampir tiga pekan PSBB, baru kali ini lalu lintas lumayan padat. Biasanya, selama PSBB jalan di kawasan Jakarta Barat, kondisinya lengang tanpa antrean.

"Namun keramaian di sejumlah titik masih tahap wajar. Tidak seperti hari kerja sebelum PSBB," tandasnya.

Sementara, kondisi di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, jalan-jalan protokol besar memang tampak lengang. Seperti di Jalan MH Thamrin dan Sudirman. Namun, di pinggiran, seperti di Senen, Kramat Raya, juga di Cipulir, Lebak Bulus, dan daerah lainnya, jalanan sudah ramai kembali terutama saat sore hari.

Kondisi pedagang takjil yang legendaris, yakni di Jalan Bendungan Hilir atau Benhil, Jakarta Pusat juga masih buka. Namun tak seperti tahun sebelumnya, kawasan yang dari dulu terkenal pusat jajanan takjil itu kini tak terlampau ramai. 

Lapak pedagang makanan buka puasa ini berjauhan. Mereka juga memakai masker dan sarung tangan. Nampak petugas kepolisian dari Polda Metro Jaya dan Satpol PP berjaga di sekitar Benhil. Mereka berkeliling memantau situasi. Menegur warga yang tak memakai masker dan menjaga jarak alias berkerumun. Saat sore hari, warga mulai berburu makanan. Misalnya penjual takjil yang berada di depan Balai Warga, pembeli yang datang kebanyakan karyawan yang baru pulang kantor dan mampir membeli takjil.

Wakil Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPRD DKI Jakarta, Dedi Supriadi, menyatakan rendahnya kedisiplinan warga menerapkan jaga jarak dapat mengancam keberhasilan PSBB.

"Penyebaran Covid-19 lewat kontak fisik orang per orang. Sangat dimungkinkan bila terjadi kerumunan," jelas Dedi.

Untuk itu, lanjut Dedi, Pemprov DKI Jakarta perlu mengevaluasi penerapan PSBB. Terutama di daerah-daerah padat penduduk dan juga perkampungan di pinggir Ibu Kota. Kata dia, Jakarta terlihat sepi penduduk hanya di jalan protokol, jalan nasional dan juga daerah perkantoran, seperti di sekitar Jalan MH Thamrin, Sudirman, dan Rasuna Said.

Padahal, kondisi jauh berbeda saat memasuki daerah-daerah perkampungan atau padat penduduk. PSBB seperti tidak terawasi. Pemprov DKI kudu meningkatkan lagi pengawasan penegakan PSBB ini dengan menurunkan aparat di lapangan. Apalagi di bulan Ramadhan, warga banyak yang tak jaga jarak dan menggunakan masker di waktu sore hari mencari takjil. 

"Bukan untuk mematikan perekonomian rakyat kecil, tetapi sangat banyak warga Jakarta berkorban bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Eh, sementara masih ada warga tidak disiplin. Jangan sampai pengorbanan masyarakat yang patuh aturan jadi sia-sia sebab kurangnya pendisiplinan di lapangan," tandasnya.

Pengamat perkotaan Sugiyanto meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lebih tegas menindak para pelanggar PSBB. Soalnya, kalau didiamkan saja, wabah corona di Jakarta bisa terus berkepanjangan.

"Kalau perlu bertindak pakai tangan besi. Enggak perlu kasihan-kasihan lagi. Kalau seperti ini, sayang warga yang sudah berdisiplin," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: