Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Stok Pangan Nasional, Guru Besar IPB: Jangan Dilihat secara Parsial

Soal Stok Pangan Nasional, Guru Besar IPB: Jangan Dilihat secara Parsial Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Guru Besar Ilmu Ekonomi IPB, Prof Muhammad Firdaus meminta publik tidak salah dalam menerjemahkan pernyataan Presiden Jokowi tentang neraca surplus-minus pangan.

Firdaus menegaskan bahwa kondisi ketersediaan pangan pokok nasional secara kumulatif mencukupi, meskipun belum merata sebarannya.

"Surplus-defisit dalam sistem penyediaan pangan antarwilayah itu sudah menjadi hal yang biasa terjadi, bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun. Apalagi kita negara kepulauan terbesar di dunia, tidak mungkin produksi merata sama di seluruh wilayah. Sistem distribusinya yang perlu ditata lebih baik," ujar Firdaus pada acara Pangan Talk: Ketahanan Pangan dan Peran Teknologi Pertanian di Masa Pandemi yang dihelat Kelompok Studi Pangan Institute melalui Video Conference di Jakarta (3/5/2020).

Baca Juga: Daerah Diminta Aktif Perhatikan Ketersediaan Bahan Pangannya

Dalam diskusi yang diikuti para pakar, praktisi, dan pengamat pertanian tersebut, Firdaus menandaskan bahwa wilayah punya keunggulan dan kapasitas produksi masing-masing. Yang terpenting, menurutnya, secara agregat ketersediaan nasional harus mencukupi.

Lebih lanjut, menurutnya, sistem distribusi perlu ditata untuk mengurangi disparitas harga antarwilayah.

"Kita sangat mengapresiasi upaya pemerintah dalam menata sistem distribusi pangan kita. Contohnya di Kementerian Pertanian sudah merintis kerja sama dengan beberapa startup untuk kerja sama distribusi pangan. Data stok terkini dan prediksi ketersediaan pangan sekian bulan ke depan juga sudah dibuat sangat lengkap. Ini bagus dan perlu diketahui publik supaya masyarakat lebih tenang," katanya. 

Data pergerakan harga pangan harian, menurutnya, juga penting untuk terus dipantau dan diinformasikan ke publik sebagai panduan masyarakat luas termasuk petani.

"Ini menjadi salah satu cara menekan disparitas harga petani dengan konsumen. Pernah saya cek langsung petani di pelosok Boyolali, ternyata mereka update soal harga di pasar induk dan pasar-pasar besar. Ini luar biasa," kata profesor muda IPB tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: