Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keyakinan FBI Soal China Ingin Curi Data Vaksin Virus Corona Terbukti karena...

Keyakinan FBI Soal China Ingin Curi Data Vaksin Virus Corona Terbukti karena... Kredit Foto: IStock
Warta Ekonomi, Washington -

FBI dan ahli keamanan siber percaya para hacker (peretas) China berusaha mencuri penelitian Amerika Serikat (AS) tentang pengembangan vaksin untuk melawan virus corona baru penyebab penyakit Covid-19.

Tudingan Biro Investigasi Federal (FBI) itu muncul dalam laporan dua surat kabar Amerika, Wall Street Journal dan The New York Times.

Baca Juga: Kabar Baik, WHO Rilis 8 Bakal Calon Terbaik Vaksin Virus Corona

Laporan itu mengatakan FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika berencana untuk mengeluarkan peringatan tentang peretasan China ketika pemerintah dan perusahaan swasta berlomba untuk mengembangkan vaksin untuk Covid-19.

Para peretas juga menargetkan informasi dan kekayaan intelektual tentang perawatan dan tes untuk Covid-19. Para pejabat AS, lanjut laporan tersebut, menuduh para peretas terkait dengan pemerintah China.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menolak tuduhan itu. Dia mengatakan China dengan tegas menentang semua serangan dunia maya.

"Kami memimpin dunia dalam pengobatan Covid-19 dan penelitian vaksin. Adalah tidak bermoral menargetkan China dengan rumor dan fitnah tanpa adanya bukti," kata Zhao, seperti dikutip AFP, Selasa (12/5/2020).

Ditanya tentang laporan tersebut, Presiden AS Donald Trump menolak mengonfirmasi. "Apa lagi yang baru dengan China? Apa lagi yang baru? Ceritakan kepada saya. Saya tidak senang dengan China," kata Trump.

"Kami menontonnya dengan sangat cermat," ujarnya.

Peringatan FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, jika dikeluarkan, akan menambah serangkaian peringatan dan laporan yang menuduh para peretas yang didukung pemerintah di Iran, Korea Utara, Rusia, dan China melakukan aktivitas jahat terkait pandemi, dari mengumbar berita palsu hingga menargetkan pekerja dan ilmuwan.

The New York Times dalam laporannya mengatakan peringatan itu bisa menjadi awal serangan balik yang disetujui secara resmi oleh agen-agen AS yang terlibat dalam perang siber, termasuk Komando Siber Pentagon dan Badan Keamanan Nasional.

Pekan lalu dalam sebuah pesan bersama, Inggris dan Amerika Serikat memperingatkan akan meningkatnya serangan dunia maya terhadap para profesional kesehatan yang terlibat dalam respons virus corona oleh para penjahat terorganisir yang sering dikaitkan dengan aktor-aktor negara lain.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: