Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DPR Ngotot Cetak Uang Rp600 T, Orang Ini Berani Bongkar Sejadi-jadinya...

DPR Ngotot Cetak Uang Rp600 T, Orang Ini Berani Bongkar Sejadi-jadinya... Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Namun, Misbakhun menolak pendapat tersebut. "Tapi DPR menolak teori itu. Tokoh utamanya adalah Mukhamad Misbakhun. Dari Partai Golkar. Yang dulu aktivis PKS itu," tulis Dahlan.

Dalam tulisannya lagi, ia mengungkapkan alasan fraksi Golkar yang sudah bulat terkait usulan cetak uang ke BI. Menurutnya, alsanan itu diungkapkan Misbakhun bahwa partainya itu punya kepedulian besar agar ekonomi Indonesia kembali pulih akibat gempuran virus Corona (COVID-19).

"Golkar sangat peduli bagaimana membangun kembali ekonomi yang hancur ini. Coba, siapa yang tidak setuju cetak uang ini. Tanya mereka, lantas apa jalan keluarnya? Nggak ada kan? Hanya utang kan. Golkar harus cari jalan keluar," ungkap dia.

Menurut Misbakhun, partainya itu sudah bertekad untuk tetap meneruskan usulan pencetakan uang. Ia pun yakin usulan dari Golkar ini punya posisi yang kuat.

"Kuat sekali. Apalagi posisi Golkar di pemerintahan sangat kuat. Ketua Umum Golkar, Ir. Airlangga Hartarto kan menjadi Menko Perekonomian," kata Misbakhun.

Namun, menurut Dahlan, Sutrisno mengingatkan skenario bisnis dibalik usulan cetak uang itu menurut keterangan Dahlan.

"Sutrisno Bachir kelihatannya cocok dengan ide cetak uang itu. Mungkin karena ia juga pengusaha sukses. Hanya ia mengingatkan jangan-jangan ada skenario bisnis di balik cetak uang itu," tulis Dahlan.

Bahkan, ia mengatakan Sutrisno menyinggung soal program Kartu Pra Kerja yang dinilainya juga sangat diperjuangkan Golkar agar terlaksana.

"Motornya semua ini kan Golkar. Kita semua tahu bagaimana Golkar. Coba yang di balik Kartu Prakerja itu siapa?" ujar Sutrisno.

Kemudian, Didik juga tak henti-hentinya mengingatkan Misbakhun. Bahkan, menurut Dahlan, Didik yang semula akan pamit lebih awal tidak tega meninggalkan diskusi. Didik begitu khawatir akan risiko buruk cetak uang itu. Ia harus mengingatkannya sampai diskusi itu ditutup.

Didik pun terus meminta agar usulan ini kembali dipikirkan secara matang."Saya tidak mengatakan teori yang disampaikan Pak Misbakhun itu salah. Di sini tidak ada salah atau benar.Yang ada adalah risiko-risiko. Mana yang buruk dan mana yang lebih buruk," imbuh Didik.

"Pada akhirnya politik yang akan menang. Bukan teknokrat," sambung Didik. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: