Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Catatan Kanya Lakhsmi bagi Industri Sawit: Jangan Lagi Ada Salah Persepsi!

Catatan Kanya Lakhsmi bagi Industri Sawit: Jangan Lagi Ada Salah Persepsi! Kredit Foto: Antara/FB Anggoro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dunia industri kelapa sawit tidak hanya sesempit tentang minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak goreng saja. Jauh dari itu, wajah industri sawit Indonesia sudah lebih berwarna, menjangkau dari hulu ke hilir dengan hasil pengolahan lebih lanjut menjadi ribuan jenis produk untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kelapa sawit sangat istimewa, dalam satu buah bisa menghasilkan dua jenis minyak yaitu minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit (CPKO). Namun, kebanyakan orang hanya mengenal 1 jenis minyak saja.

Baca Juga: Lisensi Impor Minyak Sawit Ditangguhkan India, Harga CPO?

Melansir catatan Sekjen Gapki, Kanya Lakhsmi Sidarta, saat ini, ibaratnya dalam 24 jam sehari manusia bergantung pada sawit dengan segala produk turunan dan olahannya. Sejak bangun pagi, orang-orang sudah bersentuhan dengan produk dari kelapa sawit yang di Indonesia dikembangkan di atas lahan lebih dari 16 juta hektare.

Produk turunan sawit sudah merambah ke bidang makanan, kecantikan, obat-obatan atau nutrisi kesehatan, kebersihan, bahkan energi untuk bahan bakar hingga listrik. Tidak hanya itu, sebagai sumber energi, kelapa sawit dapat diolah menjadi bahan bakar diesel, bahkan dalam pengembangan lebih lanjut juga dapat diolah menjadi bensin dan avtur.

Presiden Joko Widodo telah meluncurkan implementasi Program Campuran Biodiesel 30 persen ke dalam minyak solar atau B30 sejak Januari 2020 lalu. Program ini dicanangkan presiden sebagai upaya mengurangi double deficit neraca perdagangan. Dari implementasi program B30 tersebut, Presiden Jokowi optimistis dapat menghemat devisa negara dari sektor energi hingga mencapai Rp63 triliun.

Menariknya, implementasi biofuel dari minyak sawit itu otomatis menjadikan Indonesia lebih mandiri di bidang energi. Ingat, sejak beberapa tahun lalu Indonesia sudah menjadi importir bahan bakar minyak (BBM), bukan lagi sebagai eksportir seperti di era Orde Baru yang pernah mengalami booming migas. Mandiri, juga dalam artian dapat menyerap sepenuhnya atau sebesar-besarnya hasil produksi minyak sawit untuk kebutuhan dalam negeri sehingga tidak terlalu tergantung lagi pada negara-negara pembeli CPO yang terkadang mencoba mempermainkan harga.

Saat ini, produk CPO Indonesia dan turunannya sebanyak 70 persen dari sekitar 44 juta ton per tahun diekspor untuk kebutuhan global. Lebih dari 50 persen di antaranya digunakan masyarakat internasional untuk kebutuhan pangan. Sisanya, digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan produk kecantikan, obat-obatan, pembersih, dan lain sebagainya, bahkan juga untuk kebutuhan biofuel di negara lain.

Dari total 70 persen ekspor tersebut, sekitar 80 persennya berupa produk turunan CPO. Jadi, jangan salah lagi, Indonesia sudah tidak mengandalkan ekspor CPO murni, tetapi sudah berupa olahan dan bahan baku lanjutan untuk berbagai keperluan manusia sehari-hari. Sebagian besar produk kelapa sawit yang diekspor memang belum terlalu hilir, masih banyak yang berupa intermediary product.

Akan Tetapi, bukan berarti industri sawit nasional tidak mampu membuat produk hilir atau produk jadi sepenuhnya yang langsung dapat digunakan atau dikonsumsi untuk kebutuhan manusia. Dengan kreativitas tinggi, hasil olahan sawit masih bisa terus dikembangkan sehingga memiliki nilai tambah yang lebih besar. Bagian ini tergantung pada penciptaan life style, policy pemerintah, serta keterlibatan dunia usaha, ilmuwan, dan stakeholder lainnya. Tentu disertai riset mendalam dan kerja keras serta perlibatan berbagai faktor lainnya yang tidak mudah, antara lain modal investasi dan teknologi.

Satu hal lagi, penting dicatat bahwa dalam proses pengolahan kelapa sawit menjadi berbagai macam kebutuhan akan meninnggalkan residu yang dikenal sebagai limbah sawit. Limbah dari kelapa sawit ini pun berpotensi memberikan nilai tambah yang tidak kecil. Ini membuktikan betapa seluruh bagian dari kelapa sawit memberikan manfaat dan dapat digunakan sepenuhnya untuk kebutuhan manusia.

Rata-rata perkebunan besar sudah memanfaatkan limbah sawit untuk kebutuhan pupuk, energi listrik bagi operasional perusahaan, perumahan karyawan, dan berbagai aktivitas di sekitar perkebunan. Selain dikembangkan menjadi agrowisata, perkebunan kelapa sawit juga terbukti sukses diintegrasikan dengan peternakan sapi.

Dengan penanganan lebih terintegrasi, industri kelapa sawit dari mulai perkebunan sampai dengan pengolahannya dapat menciptakan sentra peternakan sapi untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat. Berdasar penjabaran tersebut, dapat dilihat bahwa industri kelapa sawit telah menjadi andalan dalam penerimaan negara, sekaligus sebagai andalan perbaikan ekonomi masyarakat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: