Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gak Mau Kedapatan Gelombang Kedua, Eropa Naikkan Intensitas Uji Antibodi

Gak Mau Kedapatan Gelombang Kedua, Eropa Naikkan Intensitas Uji Antibodi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jenewa -

Negara-negara Eropa secara bertahap dan hati-hati melonggarkan aturan lockdown. Seiring dengan itu pemerintah negara-negara Eropa berusaha membeli alat tes antibodi untuk mengetahui berapa banyak warganya yang terinfeksi, dengan harapan akan membantu mereka menyusun strategi untuk menghindari gelombang kedua kasus COVID-19.

Namun, dengan informasi yang belum jelas terhadap kesepakatan apa yang akan dicapai lewat hasil tes tersebut, banyak pihak mengkhawatirkan bahwa dana publik dan waktu pemerintah hanya akan terbuang sia-sia.

Baca Juga: Awas! Uni Eropa Bilang Vaksin Corona Bisa Direstui dan Dikeluarkan Tahun Depan Asalkan...

Sebuah perusahaan biotek terbesar, pusat kekuatan diagnosa dan pelopor farmasi, Roche, yang berada di Swiss, telah mengembangkan tes antibodi COVID-19 sendiri. Hal ini membuat Swiss menjadi salah satu negara yang menahan diri dari pemesanan tes antibodi.

"Pemerintah hingga saat ini belum membeli tes antibodi," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Federal Swiss kepada Reuters, Kamis (14/5/2020).

"Kemampuan mereka (negara-negara Eropa) untuk memberi tahu kami untuk menjadi bagian dari strategi pelonggaran masih kurang jelas," katanya, merujuk pada aturan pelonggaran pembatasan, seperti “pergerakan bebas”.

Meningkatnya jumlah pesanan

Namun hal itu tidak menghentikan kegiatan perusahaan pembuat tes antibodi termasuk Roche, dan saingan terbesar lainnya, seperti Abbott dari Amerika Serikat (AS), Siemens Healthineers di Jerman, serta pemasok dari China. Perusahaan-perusahaan ini tengah disibukkan oleh pesanan dan tingginya permintaan dari pemerintah.

Pada hari Kamis (14/5/2020), Inggris mengumumkan telah berbicara dengan Roche untuk mendapatkan ratusan ribu tes antibodi per minggu. Inggris menggambarkannya sebagai "pengubah permainan" yang potensial.

Sebelumnya, Jerman mengatakan pada pekan lalu bahwa perusahaan pembuat obat asal Swiss tersebut akan menjual tes antibodinya sebanyak tiga juta unit pada bulan Mei dan lima juta unit sebulan setelahnya.

Finlandia yang khawatir sulit mengamankan pasokan dunia, telah membuat tes antibodi buatan dalam negeri.

Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Finlandia (THL) awalnya mulai menggunakan tes dari vendor Eropa yang tidak disebutkan namanya. Tetapi ketika mengetahui pemasok tidak dapat menjamin pengiriman tepat waktu untuk 30.000 alat tes yang diinginkannya tahun ini, maka Finlandia beralih strategi.

"Ketersediaan (tes antibodi) dipertanyakan sehingga kami tidak dapat melanjutkan langkah itu," kata kepala peneliti THL Arto Palmu kepada Reuters, seraya menambahkan keakuratan tes antibodi versi domestiknya tak kalah bagus.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: