Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Membangun Ketahanan Pangan Berbasis Masyarakat Pesantren

Membangun Ketahanan Pangan Berbasis Masyarakat Pesantren Kredit Foto: Dompet Dhuafa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi virus corona (Covid-19) yang berkepanjangan menjadi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi lokal. Seperti mengembalikan budaya dan kearifan lokal di bidang pertanian dan peternakan berbasis komunitas masyarakat, dapat dilakukan untuk membuat program berkelanjutan.

Dompet Dhuafa sebagai lembaga pemberdaya melihat ini sebagai hal utama yang harus menjadi fokus pengembangannya. Guna mengembangkan sumber daya pangan untuk kebutuhan pokok masyarakat, perlu dijalin kolaborasi besar yang berdaya saing kuat agar tercipta peluang-peluang kemakmuran bagi mereka.

Guntur Subagja, Direktur Social Enterprise Dompet Dhuafa, mengatakan, lembaga pemberdaya berbasis pengelolaan dana ziswaf ini mendukung pengembangan potensi masyarakat pesantren di pedesaan. Termasuk mendukung dan mendorong terciptanya usaha-usaha yang mengarah pada pengembangan potensi ekonomi masyarakat.

Baca Juga: Siaga Stok Pangan, Wilaga PWMP Kementan Tetap Jalankan Usaha di Tengah Covid-19

Pertanian misalnya, sebagai sektor riil usaha dasar masyarakat Indonesia dan menjadi kebutuhan pokok sehari-hari harus terus dibudidayakan. Pemberlakuan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat masyarakat aktif di dunia digital. Hal ini menjadi peluang berbagi ilmu dalam keseharian kita yang juga dapat menciptakan captive market bagi hasil produksi masyarakat.

Dompet Dhuafa melalui Social Trust Fund (STF) bersama OK OCE dan Pondok Pesantren Alam (PPA) Al Muhtadin membangun sinergi ketahanan pangan di Desa Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat dalam masa pandemi ini sebagai program Ketahanan Pangan berbasis Masyarakat Pesantren dan Petani Binaan.

"Sinergi ini sebagai solusi atasi dampak pandemik Covid-19 di desa," ujar Guntur, Minggu (17/5/2020).

Adapun kerja sama tersebut mencakup luas kurang lebih 50 ha sawah irigasi dengan 10 kelompok tani binaan. Setiap kelompok terdiri atas 10-20 KK. Hasil maksimal per hektare di kisaran 6-7 ton sekali panen dalam kurun tiga bulan. Sehingga dalam setahun bisa produksi tiga kali. Dengan asumsi 7 ton x 50 ha x 3 kali, sekitar 1.050 ton per tahunnya.

"Semuanya dikelola oleh para santri dan petani pemberdaya," lanjut Guntur.

Kolaborasi di tengah pandemi Covid-19 yang cukup panjang diharapkan bisa menjadi solusi bagi masyarakat luas. Hasil produksi yang bagus akhirnya dapat menciptakan lapangan kerja dan kemandirian ekonomi bagi masyarakat pedesaan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: