Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

MUI Soroti 'Indonesia Terserah': Kesabaran Rakyat Pasti Ada Batasnya

MUI Soroti 'Indonesia Terserah': Kesabaran Rakyat Pasti Ada Batasnya Kredit Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhyiddin Junaidi, menilai viralnya tagar 'Indonesia Terserah' di jagat maya lantaran banyak elemen masyarakat yang kecewa terhadap kebijakan yang diambil pemerintah. Dia mengingatkan, akan fatal bila kebijakan yang plin-plan terus berlanjut.

"Semua elemen masyarakat kecewa dengan kebijakan ambigu pemerintah dan kelambanan bertindak dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Adalah kesalahan fatal jika kebijakan plin-plan dan kontradiktif terus dipertahankan," kata dia, Selasa (19/5/2020).

Baca Juga: Orang MUI: Jangan Larang Umat ke Mesjid, Tapi Malah Mengizinkan Orang Numpuk di Bandara

Karena itu, Muhyiddin mengatakan bahwa MUI mendesak agar pemerintah serius dan fokus dengan mengerahkan semua daya upaya untuk penyelesaian wabah Covid-19. Apalagi menurut dia, narasi berdamai dengan Covid-19 dan narasi lain yang pro pada herd immunity justru akan memperparah situasi nasional.

"Kesabaran rakyat pasti punya batasan tertentu. Pemerintah dan DPR serta semua perangkat pemerintahan jangan memainkan emosi masyarakat. Pemerintah seharusnya mengambil sikap tegas, terukur, dan terencana dalam menangani pandemi Covid-19," kata dia.

Muhyiddin juga berpendapat, pemerintah seharusnya mengajak para ilmuwan dan ahli virologi untuk bicara secara serius tentang langkah-langkah yang tepat menghadapi pandemi Covid-19. "Kebijakan amburadul pemerintah sangat melukai perasaan mereka bahkan menimbulkan putus asa," tutur dia.

Hal itu, kata Muhyiddin, dapat dipahami mengingat ada kesan pemerintah lebih mengutamakan penyelamatan ekonomi daripada penyelamatan jiwa manusia. MUI tetap pada prinsip dasarnya yaitu penyelamatan nyawa lebih diutamakan dan diprioritaskan daripada penyelamatan ekonomi.

"Apalagi yang menikmati pertumbuhan ekonomi hanya segelintir orang saja. Jika penanganan masalah kesehatan berlanjut tanpa ada kepastian, pasti akan memengaruhi ekonomi rakyat strata bawah. Merekalah yang sangat terpukul dan terpuruk. Orang lapar cenderung pemarah dan emosional serta tak berpikir rasional," ujarnya.

Kondisi itu, lanjut Muhyiddin, akan menimbulkan kerawanan sosial dengan banyaknya kasus kriminal dari skala kecil hingga menengah. "Hilangnya rasa aman dalam masyarakat memicu ketidakamanan, instabilitas, bahkan akan berdampak pada perubahan politik nasional," imbuhnya.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: