Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom: Indonesia di Ambang Deflasi

Ekonom: Indonesia di Ambang Deflasi Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Data perekonomian nasional menunjukkan bahwa di sepanjang April 2020 laju inflasi Indonesia tertahan di level 0,08 persen secara bulanan (mtm), atau 2,67 persen secara tahunan (yoy).

Nilai inflasi ini merosot 0,1 persen (mtm) dibanding catatan Maret 2020, atau anjlok dari posisi inflasi April 2019, di mana inflasi tercatat 0,44 persen (mtm). Dengan tren yang terus menurun tersebut, diperkirakan capaian inflasi nasional pada Mei 2020 ini berpotensi negatif alias deflasi.

"Ini jelas kondisi yang tidak biasa dengan adanya Covid-19 ini. Kondisi April cukup mencengangkan. Sudah ada 51 kota yang deflasi dan hanya 39 kota yang inflasi. Ada kemungkinan di bulan (Mei) ini kita mengalami inflasi negatif," ujar Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Ryan Kiryanto dalam perbincangan dengan awak media secara virtual, awal pekan.

Baca Juga: Kabar Baik, Inflasi April Lebih Rendah dari Ramalan BI

Tren penurunan ini, menurut Ryan, bahkan tidak bisa terselamatkan dengan adanya momen Ramadan yang biasanya dapat diharapkan mampu mendongkrak konsumsi masyarakat. Kondisi inflasi yang tipis atau malah deflasi adalah tolok ukur konkrit, di mana tingkat konsumsi masyarakat saat ini sangat lemah.

"Kenapa (tingkat konsumsi) melemah? Faktornya ada dua. Pertama adalah penghasilan masyarakat yang turun dan kedua adalah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan PSBB, mobilitas orang, barang, dan transportasi jadi tersendat. Ini memaksa konsumsi masyarakat jadi turun," tutur Ryan.

Ryan berharap kondisi pelemahan tingkat konsumsi ini menjadi perhatian bagi pemerintah karena kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sangat besar. Jika konsumsi turun, maka PDB berpotensi bakal anjlok. Jika ini terjadi, efek dominonya terhadap sektor lain juga bakal cukup signifikan.

"Sektor keuangan dan perbankan, misalnya, pasti terdampak ketika PDB anjlok. Karena itu dalam hal ini program percepatan penyaluran bantuan sosial di masyarakat menjadi urgen dilakukan agar konsumsi masyarakat dapat terjaga. Kalau (penyaluran bansos) itu tidak segera dipercepat, saya khawatir pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan II ini semakin memburuk dibanding triwulan I. It's a bad news," tegas Ryan.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: