Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gara-gara Pandemi Corona, Tradisi Multikultural di Tangerang Ini Hilang

Gara-gara Pandemi Corona, Tradisi Multikultural di Tangerang Ini Hilang Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Tangerang -

Sebagai daerah multikultural, tradisi lebaran Tangerang banyak dipengaruhi oleh budaya Betawi dan Sunda. Salah satu tradisi lebaran yang banyak terinspirasi dari budaya Sunda adalah 'nganteuran'. Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang malam takbiran atau sebelum magrib terakhir di bulan Ramadhan.

Ahmad Zaelani, salah satu tokoh masyarakat di kampung Sangiang menjelaskan bahwa istilah nganteuran sendiri berarti saling mengantar. Artinya masyarakat saling mengantarkan hidangan lebaran kepada kerabat untuk bersilaturahmi. Biasanya dilakukan dari saudara muda ke saudara tua sebagai tanda penghormatan.

"Biasanya yang muda memberi makanan kepada yang tua, begitu seterusnya. Kalau dulu pakai rantang atau baskom, makanya ada juga yang menyebutkan rantangan," jelas Ahmad.

Tak hanya mengantarkan makanan, tradisi Nganteuran juga dibarengi dengan riungan. Warga akan berkumpul di masjid dengan membawa makanan dari rumah, kemudian membaca tahlil dan doa syukur telah menuntaskan ibadah Ramadhan, sementara yang tadi dibawa dibagikan kembali kepada jamaah.

"Kalau sore biasanya sudah kumpul di masjid atau rumah warga yang bersedia. Warga yang punya rezeki lebih ngasih besek (makanan) buat riungan. Nanti satu kampung diundang buat 'nge-riung' makanannya ya dibagi-bagi. Istilahnya dari warga untuk warga," jelasnya.

Tradisi ini juga menjadi salah satu cara berbagi kepada warga yang kurang mampu. Beberapa warga juga biasanya menggelar riungan di rumah masing-masing, sehingga baik warga yang mampu ataupun tidak mampu dapat merasakan menu yang sama.

Isi dari besek juga lebih beragam, yang awalnya hanya berupa lauk pauk khas lebaran kini ada yang menambahkan sembako supaya bisa dikonsumsi lain waktu.

"Sekarang beseknya macam-macam. Kalau dulu hanya makanan matang, sekarang ada yg diganti sembako juga," terang Ahmad.

Tak hanya di kampung Sangiang, tradisi Nganteuran dan Riungan jelang lebaran ini juga dilakukan di hampir seluruh wilayah Tangerang yang kental dengan adat Sunda. Walaupun, dengan pelaksanaan yang berbeda namun makna dari tradisi itu tetap sama.

"Hampir seluruh Tangerang yang warganya Sunda pasti ada tradisi ini. Cuma pelaksanaannya beda-beda. Tapi intinya tetap sama, berbagi kepada sesama," pungkas Ahmad.

Sayangnya, tradisi ini tidak diselenggarakan pada tahun ini. Pandemi Covid-19 membuat perekonomian lemah sehingga warga pun berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang lebih. Namun, Ahmad berharap tradisi Nganteuran dan Riungan ini dapat berjalan di tahun depan karena nilai yang dikandung dalam tradisi ini bisa diajarkan ke generasi mendatang.

"Tahun ini, disini gak ada. Ya mungkin karena dana nya gak mencukupi, kan warga sini juga banyak yang kena PHK, gak dapat THR, jadi dipikir lagi mau masak banyak. Mudah-mudahan tahun depan bisa ada lagi, karena nilainya ini bagus untuk diajarkan," tutup Ahmad.

Baca Juga: Meningkat 21 Persen, Bandara Ngurah Rai Layani 3,5 Juta Penumpang Hingga Februari 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: