Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

1 dari 6 Anak Muda Menganggur Akibat Covid-19, ILO: Jika Tak Segera Diperbaiki, Ini Membahayakan!

1 dari 6 Anak Muda Menganggur Akibat Covid-19, ILO: Jika Tak Segera Diperbaiki, Ini Membahayakan! Kredit Foto: Antara/Fauzan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merilis hasil analisis yang menyatakan bahwa satu dari enam pemuda kehilangan pekerjaan alias menjadi pengangguran sebagai imbas dari Covid-19. Bukan hanya itu, sejak Februari 2020 hingga kini pandemi tersebut bahkan membuat pekerja muda lainnya mengalami pemotongan jam kerja hingga 23%.

Berdasarkan data yang dirilis ILO, perempuan pekerja lebih terdampak daripada pekerja laki-laki. Tidak main-main, dampak Covid-19 yang dirasakan kalangan pekerja usia muda tiga kali lebih besar daripada kalangan usia lainnya.  

Perlu menjadi catatan, pada tahun 2019, tingkat pengangguran muda pada tahun 2019 mencapai 13,6% lebih tinggi daripada kalangan lainnya. Itu artinya, ada sekitar 267 juta kaum muda yang tidak mempunyai pekerjaan. 

Baca Juga: Google: Peretasan dan Phising Terkait Covid-19 Alami Peningkatan

"Krisis ekonomi akibat Covid-19 menghantam kaum muda, terutama perempuan, dengan lebih berat dan cepat dibandingkan kelompok lainnya. Jika kita tidak mengambil aksi signifikan dan segera untuk memperbaiki situasi mereka, imbas virus ini dapat kita rasakan beberapa dasawarsa ke depan. Jika bakat dan energi mereka tidak termanfaatkan dengan baik akibat kurangnya peluang atau keterampilan, ini akan membahayakan masa depan kita semua dan akan semakin sulit untuk membangun kembali perekonomian yang lebih baik usai Covid-19," tegas Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder.

Analisis ILO ini menyerukan tanggapan berskala besar dengan kebijakan yang tersasar untuk mendukung kaum muda, termasuk program yang memastikan lapangan kerja atau pelatihan yang luas di negara-negara berkembang dan program yang kaya pekerjaan di negara dengan pendapatan ekonomi rendah dan menengah.

Baca Juga: Rugi Hampir Rp265 T, Investor Grab Niat PHK Ratusan Pegawai!

Pengujian dan penelusuran hasil

Monitor edisi ke-4 ini juga mengungkapkan langkah-langkah untuk menciptakan proses kembali ke lingkungan kerja yang aman. Laporan menyebutkan pengujian dan penelusuran secara teliti terhadap infeksi of COVID-19, “Sangat kuat berkaitan dengan gangguan pasar kerja yang lebih rendah …. (dan) gangguan sosial yang jauh lebih kecil dibandingkan langkah isolasi dan karantina.”

Di negara-negara dengan proses pengujian dan penelusuran yang kuat, tingkat rata-rata pengurangan jam kerja jauh lebih rendah sebesar 50%. Ada tiga alasan yang menyebabkan hal ini, yaitu pengujian dan penelusuran menurunkan tindakan isolasi yang ketat; peningkatan kepercayaan masyarakat sehingga mendorong konsumsi serta mendukung ketenagakerjaan; dan  meminimalisasi gangguan operasional di tempat kerja.

Selanjutnya, pengujian dan penelusuran dapat dengan sendirinya menciptakan pekerjaan baru, walau hanya sementara, yang dapat disasarkan kepada kaum muda atau kelompok prioritas lainnya.

Baca Juga: Angka Pengangguran Tinggi Buat Investor Ngeri Investasi di Indonesia

Monitor ILO ini menyoroti pentingnya pengelolaan data pribadi. Biaya pun menjadi faktor, namun rasio manfaat terhadap biaya dari pengujian dan penelusuran ini “lebih menguntungkan”.

“Menciptakan pemulihan yang kaya pekerjaan juga mempromosikan kesetaraan dan keberlanjutan yang artinya membuat orang dan perusahaan kembali bekerja secepat mungkin, dalam kondisi yang aman.  Pengujian dan penelusuran dapat menjadi bagian penting dari paket kebijakan apabila kita ingin memerangi rasa ketakutan, mengurangi risiko dan membuat perekonomian dan masyarakat kita bergerak lagi dengan cepat," jelasnya lagi.

Hilangnya jam kerja

Monitor ILO ini juga memperbarui perkiraan penurunan dalam jam kerja di kuartal pertama dan kedua tahun 2020, dibandingkan dengan kuartal keempat tahun 2019. Diperkirakan 4,8 persen jam kerja hilang selama kuartal pertama 2020 (setara dengan perkiraan 135 juta pekerjaan penuh waktu, dengan asumsi 48 jam kerja per minggu). Ini mewakili adanya sedikit kenaikan sekitar 7 juta pekerjaan sejak Monitor edisi ketiga. Diperkirakan jumlah pekerjaan yang hilang di kuartal kedua tetap tidak berubah di angka 305 juta.

Dari perspektif regional, Amerika (13,1 persen), dan Eropa dan Asia Tengah (12,9 persen) mewakili kehilangan terbesar dalam jadwal kerja dalam kuartal kedua.

Monitor ILO ini menegaskan kembali seruan untuk langkah segera dan mendesak guna mendukung pekerja dan perusahaan sejalan dengan strategi empat pilar ILO: mendorong perekonomian dan ketenagakerjaan; mendukung perusahaan, pekerjaan dan pendapatan; melindungi pekerja di tempat kerja; dan mengandalkan dialog sosial untuk solusi.

Baca Juga: Meningkat 21 Persen, Bandara Ngurah Rai Layani 3,5 Juta Penumpang Hingga Februari 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: