Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Garda Revolusi Iran Tak Gentar Jika AS Menyerang, Teriak Sang Jenderal: Kami Punya 112 Kapal Tempur

Garda Revolusi Iran Tak Gentar Jika AS Menyerang, Teriak Sang Jenderal: Kami Punya 112 Kapal Tempur Kredit Foto: Reuters/Mass Communication Specialist 3rd Class Nathan Parde-US Navy/Handout
Warta Ekonomi, Teheran -

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran menyatakan siap melawan militer Amerika Serikat (AS) di Teluk Arab atau juga dikenal sebagai Teluk Persia. IRGC mengklaim telah menerima pasokan 112 kapal tempur baru yang bisa luncurkan rudal.

Kapal-kapal tempur anyar itu termasuk speedboat tempur kelas Ashura, kapal patroli pesisir Zolfaghar dan kapal selam Taregh.

Baca Juga: Gara-gara Kapal Tanker Iran Merapat, Presiden Venezuela: Bensin Bayar, Tak Lagi Gratis!

"Kami mengumumkan hari ini bahwa di mana pun orang Amerika berada, kami berada tepat di sebelah mereka, dan mereka akan merasakan kehadiran kami secara lebih dalam waktu dekat," kata komandan Angkatan Laut IRGC, Laksamana Muda Alireza Tangsiri, dalam sebuah upacara di Iran selatan pada Kamis.

Dalam setahun terakhir, Iran dan Amerika Serikat sudah dua kali berada di ambang perang habis-habisan. Konfrontasi terbaru antara dua musuh bebuyutan ini terjadi setelah Amerika Serikat menuduh kapal-kapal IRGC melecehkan beberapa kalal perangnya di Teluk Persia pada pertengahan April lalu. 

"Maju sambil tetap bertahan adalah sifat pekerjaan kami," kata komandan IRGC, Mayor Jenderal Hossein Salami.

"Tetapi ini tidak sama dengan kepasifan terhadap musuh," ujarnya.

"Iran tidak akan tunduk pada musuh apa pun," katanya lagi, seperti dikutip dari Xinhua, Jumat (29/5/2020).

Menurut Salami, IRGC telah diinstruksikan untuk memperluas kekuatan Angkatan Laut Iran sampai mampu secara memadai mempertahankan kedaulatan teritorial dan integritas, melindungi kepentingan Angkatan Laut dan mengejar serta menghancurkan musuh.

Pertikaian kedua negara itu sudah berlangsung beberapa dasawarsa dan situasinya memburuk sejak 2018 ketika Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik Amerika keluar dari kesepakatan multinasional tentang program nuklir Iran. Kesepakatan itu mengamanatkan Iran mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

Ketegangan meningkat lebih lanjut pada Januari ketika serangan udara AS menewaskan Qasem Soleimani, jenderal top Iran yang mengepalai Pasukan Quds, sebuah pasukan khusus IRCG yang beroperasi di luar Iran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: