Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KRAS Panik, Kondisi Pasar Baja Diprediksi Bakal Melemah Sampai 50% Dampak Pandemi Covid-19

KRAS Panik, Kondisi Pasar Baja Diprediksi Bakal Melemah Sampai 50% Dampak Pandemi Covid-19 Kredit Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di industri baja dan sejenisnya yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melihat bahwa pasar baja diprediksi bakal melemah cukup signifikan. Direktur Utama Perseroan berkode saham 'KRAS' ini, Silmy Karim, menuturkan bahwa melemahnya pasar baja ini lantaran terkena imbas dari kondisi ekonomi yang tertekan akibat pandemi Covid-19.

Padahal, pada Triwulan I 2020 Krakatau Steel baru saja mendapatkan kinerja yang baik. Hal tersebut tercermin dari suksesnya perseroan meraih laba bersih sebesar US$74,1 juta. Diketahui, capaian laba ini adalah yang pertama dalam 8 tahun terakhir.

Baca Juga: Bos Krakatau Steel Bongkar Habis Dampak Corona, Industri Baja Bisa Tutup?

"Kondisi di triwulan II 2020 diperkirakan berbeda karena kondisi pasar baja yang melemah sampai sekitar 50% akibat dari kondisi ekonomi Indonesia yang sedang mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19," ujar Silmy Karim dalam keterangan yang diperoleh, Jumat (29/5/2020).

"Melemahnya perekonomian nasional telah berdampak pada industri baja. Hal ini jika berlanjut terus menerus diperkirakan akan berdampak pada kinerja di tahun 2020," lanjutnya.

Sehubungan dengan dampak Covid-19 pada industri baja, Krakatau Steel sebagai BUMN strategis dengan dukungan pemerintah berusaha untuk menjaga industri hilir dan industri pengguna agar tetap beroperasi.

Industri baja merupakan industri yang memiliki multiplier effect yang sangat luas khususnya dalam hal ketersediaan lapangan pekerjaan, pengurangan ketergantungan terhadap impor, dan peningkatan daya saing industri nasional.

Silmy menambahkan, akibat dari dampak Covid-19, besar kemungkinan jika keadaan ini berlarut-larut dan pihaknya tidak melakukan langkah-langkah antisipasi, industri hilir dan industri pengguna akan menutup lini produksinya karena rendahnya utilisasi.

Hal ini sangat berisiko karena karakteristik industri memerlukan waktu untuk melakukan proses start up produksi dan kondisi tersebut akan menimbulkan celah masuknya produk impor yang dapat menimbulkan defisit neraca perdagangan nasional.

Apabila industri sempat mati, akan sulit untuk dihidupkan kembali karena dibutuhkan usaha ekstra dan bisa memakan waktu lama serta biaya lebih besar untuk memulihkannya. Kondisi ini akan lebih parah lagi jika pasar dalam negeri sudah terlanjur diisi oleh produk impor.

"Kita berharap kondisi perekonomian di  triwulan III dan triwulan IV akan membaik sehingga Krakatau Steel dapat kembali meraih keuntungan seperti halnya di triwulan I 2020 dan tahun ini Krakatau Steel dapat membukukan laba seperti yang direncanakan pasca selesainya restrukturisasi Krakatau Steel," tutup Silmy.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: