Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengusaha Sawit Siapkan Kuda-kuda Hadapi Transisi New Normal

Pengusaha Sawit Siapkan Kuda-kuda Hadapi Transisi New Normal Kredit Foto: Antara/FB Anggoro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pelaku usaha di bidang industri kelapa sawit siap menghadapi tatanan kehidupan normal baru (the new normal) dengan menerapkan protokol ketat di seluruh lini bisnis perkebunan kelapa sawit.

"Dukungan teknologi dan inovasi pada industri kelapa sawit sangat diperlukan untuk penataan baru dalam sistem managemen, baik ada pandemi maupun tidak. Menghadapi pandemi Covid-19, digitalisasi bisa meminimalisasi kontak serta meningkatkan efisiensi tenaga kerja," kata Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kacuk Sumarto pada webminar dengan tema New Normal Perkebunan Sawit Pascapandemi Covid-19 via Zoom pada Selasa (2/6/2020).

Pandemi berkepanjangan mengancam kesehatan, ekonomi, bahkan sosial masyarakat. Sementara industri kelapa sawit tetap berjalan normal karena sawit sebagai minyak nabati merupakan kebutuhan utama yang paling banyak dikonsumsi secara global. Digitalisasi menjadi solusi yang dilakukan pelaku bisnis untuk tetap menjalankan kegiatan operasional perkebunan dengan normal.

Baca Juga: 7 Bulan ke Depan, Faktor Utama Sektor Kelapa Sawit Apa Aja Sih?

"Protokol kesehatan menjadi aspek utama dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sementara mekanisasi yang didukung dengan inovasi dan teknologi bisa menjadi pilihan untuk meminimalkan kontak sumber daya manusia sehingga terjadi efisiensi penggunaan tenaga kerja," tambah Winarma, Peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Winarma menuturkan pentingnya penyesuaian sistem dan norma yang diimplementasikan, mulai dari proses pembibitan, perawatan hingga panen. Ia mengklasifikasikan hal yang dapat diterapkan dalam operasional kebun, di antaranya pertama, menetapkan ancak tetap bagi setiap tenaga kerja sehingga mengurangi kontak dan mobilisasi tenaga kerja dalam proses operasional. Kedua, norma pemeliharaan sistem panen menggunakan sistem rotasi.

Ketiga, tenaga kerja harus dilengkapi dengan alat pelindung diri serta peralatan kerja masing-masing dan tidak saling bertukar alat. Keempat, menerapkan mekanisasi pupuk sehingga dapat mengurangi tenaga kerja. Serta menerapkan smart farming yang didukung oleh inovasi dan teknologi, seperti mekanisasi pemeliharaan, pemupukan, serta panen.

"Pemetaan, monitoring serta analisis visual dapat memanfaatkan inovasi digital yang mendukung mekanisasi yang terintegrasi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: