Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Filipina Tangguhkan Pemutusan Kesepakatan Militer dengan Pemerintahan Trump karena...

Filipina Tangguhkan Pemutusan Kesepakatan Militer dengan Pemerintahan Trump karena... Kredit Foto: Reuters/Erick De Castro
Warta Ekonomi, Manila -

Pemerintah Filipina menangguhkan pemutusan perjanjian militer degan Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya disebut Presiden Rodrigo Duterte tidak adil.

Menteri Luar Negeri Filipina, Teodora Locsin, mengatakan ia telah memberi tahu Washington tentang penangguhan itu dalam sebuah nota diplomatik.

Baca Juga: Kapal China Siapkan Senjata dan Nyaris Gempur Angkatan Laut Filipina di LCS

"Keputusan itu dibuat mengingat perkembangan politik dan lainnya di kawasan ini," kata Locsin dalam catatan diplomatik, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut seperti dikutip dari New York Times, Rabu (3/6/2020).

Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan Besar AS di Manila mengatakan Amerika Serikat menyambut baik keputusan itu.

"Aliansi lama kami telah memberi manfaat bagi kedua negara, dan kami berharap untuk melanjutkan kerja sama keamanan dan pertahanan yang erat dengan Filipina," kata Kedutaan Besar AS

Pada bulan Februari, Duterte telah memerintahkan penghentian Perjanjian Kunjungan Pasukan, yang membahayakan keamanan untuk Filipina.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Washington dan Manila memiliki waktu 180 hari setelah menerbitkan pemberitahuan mengakhiri perjanjian -dalam kasus ini hingga Agustus- untuk mencoba menyelamatkan kesepakatan itu.

Pakta tersebut mengizinkan militer AS untuk melakukan latihan bersama skala besar di Filipina, beberapa dekade setelah Amerika diusir dari pangkalan-pangkalan angkatan laut di utara Manila karena ketidaksepakatan sewa.

Di bawah perjanjian itu, pasukan Filipina menerima pelatihan dari Amerika untuk memerangi terorisme dan perdagangan narkoba. Ratusan latihan bersama dilakukan setiap tahun.

Keputusan Duterte untuk mengakhiri aliansi militer ini dipicu penolakan Washington untuk memberikan visa kepada anggota parlemen Filipina, Ronald dela Rosa, arsitek awal perang melawan narkoba Duterte.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: