Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Justin Trudeau Terdiam Kala Diminta Komentari Kerusuhan di AS

Ketika Justin Trudeau Terdiam Kala Diminta Komentari Kerusuhan di AS Kredit Foto: AP/The Canadian Press/Justin Tang
Warta Ekonomi, Ottawa -

Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin Trudeau, kehilangan kata-kata saat dimintai tanggapan terkait respon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap aksi demonstrasi George Floyd.

Trudeau sempat terdiam selama 21 detik saat seorang jurnalis bertanya tentang permintaan Trump untuk aksi militer menghadapi gelombang aksi demonstrasi di seluruh negara itu. Meski akhirnya memberikan jawaban, ia tampak enggan untuk mengomentari situasi tersebut.

Baca Juga: Gara-gara Pakai Agama untuk Kedok, Trump Dapat Kecaman dari Keuskupan Agung

"Kita semua menyaksikan dengan ngeri dan ketakutan apa yang terjadi di Amerika Serikat," kata Trudeau selama konferensi pers hariannya.

"Ini adalah waktu untuk menyatukan orang-orang, tetapi inilah saatnya untuk mendengarkan. Sudah waktunya untuk mempelajari apa itu ketidakadilan, dan itu terus berlanjut meskipun ada kemajuan selama bertahun-tahun dan puluhan tahun," sambungnya.

"Tetapi ini adalah waktu bagi kita sebagai orang Kanada untuk mengakui bahwa kita juga menghadapi tantangan bahwa warga kulit hitam Kanada dan orang-orang Kanada yang terasialisasi menghadapi diskriminasi sebagai kenyataan hidup setiap hari. Ada diskriminasi sistemik di Kanada, yang berarti sistem kami memperlakukan orang Kanada dari warna, orang Kanada yang dirasialis berbeda dari yang mereka lakukan orang lain," tuturnya seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (3/6/2020).

Sementara beberapa pengguna media sosial mengklaim bahwa Trudeau "tidak bisa berkata-kata" oleh tindakan presiden AS, yang lain mengatakan ia menolak untuk mengkritik Trump.

Kerusuhan meletus di AS setelah seorang pria Afro-Amerika George Floyd meninggal di cekik dengan lutut polisi Minneapolis pada 25 Mei. Sebuah video penangkapannya yang diposting secara online menunjukkan Derek Chauvin, seorang polisi kulit putih, menekan lututnya di leher Floyd selama hampir delapan menit.

Floyd sempat mengatakan dia tidak bisa bernapas, sampai pingsan dan kemudian sekarat di rumah sakit. Setelah kematian Floyd, Chauvin didakwa melakukan pembunuhan tingkat tiga dan pembantaian, sementara total empat petugas dipecat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: