Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dinkes Sulsel Nyatakan 12 Kabupaten Aman Corona, IDI Bereaksi

Dinkes Sulsel Nyatakan 12 Kabupaten Aman Corona, IDI Bereaksi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar mempertanyakan klaim Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, dr Ichsan Mustari, yang menyebut 12 kabupaten di provinsi ini sudah aman dari virus corona alias Covid-19. Humas IDI Kota Makassar, dr Wachyudi Muchsin, berpendapat Dinas Kesehatan Sulsel mestinya memperlihatkan dasar-dasar ilmiah sebagai bukti atas klaim tersebut.

Yudi-sapaan akrab dr Wachyudi, menyampaikan bahwa pemerintah sudah semestinya bersikap transparan terkait penanganan Covid-19. Klaim sebagian daerah di Sulsel aman dari corona bertolak belakang dengan realitas di lapangan, di mana penyebaran corona masih terus terjadi. Bahkan, makin banyak dokter dan perawat di rumah sakit rujukan yang ikut terpapar virus.

Baca Juga: Arus Mudik Lebaran, IDI Wanti-wanti Lonjakan Kasus Covid-19

"Sebaiknya data ditransparankan, jangan mau memaksakan new normal di Sulawesi Selatan sementara data tidak mendukung. Sangat mengkhawatirkan bila ada statement pemangku kebijakan selevel kepala dinas kesehatan di tingkat lokal tentang kasus menurun, pandemi landai, dan segera berakhir bila kondisi real tidak seperti itu," ujar Yudi, dalam keterangan persnya.

Dinas Kesehatan Sulsel diketahui merilis adanya 12 kabupaten yang aman dari corona pada Selasa (2/6/2020) kemarin. Adapun ke-12 daerah itu yakni Bantaeng, Barru, Bulukumba, Enrekang, Jeneponto, Selayar, Pangkep, Tana Toraja, Toraja Utara, Wajo, Palopo, dan Pinrang.

Yudi melanjutkan, kemampuan screening dan sistem pelaporan data di daerah ini masih belum sesuai. Oleh karena itu, pihaknya khwatir dengan adanya informasi yang tidak benar-benar valid membuat masyarakat merasa sudah "aman" di kondisi yang "belum aman".

Yudi menyarankan Dinas Kesehatan Sulsel merilis data benar-benar berdasarkan data ilmiah. Data penyebaran Covid-19 sebaiknya, lanjut dia, dirilis merujuk data berbasis pelayanan, bukan berbasis domisili lantaran semua pasien positif corona diketahui dikirim ke Makassar.

Lebih jauh, IDI Kota Makassar mengingatkan pemerintah untuk mempersiapkan secara matang penerapan new normal. Hal itu sangat penting, terlebih di Sulsel maupun Makassar, di mana tren kasus virus corona alias Covid-19 belum kunjung mereda. Tanpa persiapan matang, dikhawatirkan penyebaran virus ini akan makin luas.

"Penerapan new normal life jangan gegabah, bisa fatal akibatnya. Selain harus ada vaksin Covid-19, pemerintah juga harus mempersiapkan dulu aturan jelas baru menerapkan new normal, biar masyarakat tidak gagal paham. Misalnya, apa protap kesehatan jika di mal, pasar, sekolah, kampus, atau tempat terbuka seperti anjungan Losari," terang dia.

Yudi menyampaikan, era new normal sejatinya baru bisa diterapkan seiring penurunan kasus Covid-19. Nah, penurunan kasus corona itu harus benar-benar bisa dibuktikan secara ilmiah. Dengan begitu, risiko penyebaran pastinya bisa ditekan.

Penerapan sekolah atau masuk kampus misalnya, kata Yudi, perlu diatur agar meminimalkan peluang terpapar corona. Caranya dengan mewajibkan dosen, guru, mahasiswa, atau siswa sebelum sekolah atau kuliah harus tes swab atau TCM disertai surat bebas Covid-19 dan penerapan physical distancing harus ada dengan mengurangi jumlah dalam kelas dan wajib memakai masker.

"Di mal pun demikian, harus dites dulu pengunjung bisa dengan tes cepat molekuler yang lebih cepat dan akurat atau swab," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: