Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

CIPS: New Normal Harus Pulihkan Konsumsi Masyarakat, Kalau Tidak Sia-sia

CIPS: New Normal Harus Pulihkan Konsumsi Masyarakat, Kalau Tidak Sia-sia Kredit Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, pemerintah perlu fokus untuk memperbaiki konsumsi masyarakat sebagai salah satu upaya untuk memulihkan perekonomian nasional.

Guna memulihkan ekonomi nasional yang terkena dampak pandemi, perbaikan dari segi konsumsi menjadi perhatian utama pemerintah untuk segera dicarikan jalan keluarnya.

"Konsumsi memainkan peranan penting dalam perekonomian. Dengan adanya konsumsi yang meningkat, maka akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi di ragam sektor sehingga berdampak menggerakkan roda-roda perekonomian. Sebaliknya, jika konsumsi lesu, maka baik produksi maupun distribusi barang/jasa pun akan terimbas," kata Pingkan di Jakarta, Kamis (4/6/2020).

Baca Juga: Anak Buah Prabowo Satu Ini Serang Jokowi, Ungkap 3 Masalah New Normal

Selain itu, lanjut dia, berdasarkan kelompok pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Untuk kuartal pertama tahun ini, data BPS mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,97% (yoy) dengan kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,56%. Angka ini turun tajam jika dibandingkan dengan kondisi di kuartal pertama 2019 silam yang mencapai 5,02% (yoy).

Ia pun menilai skenario kebijakan new normal tampak menjadi strategi utama pemerintah untuk menggeliatkan kembali kegiatan ekonomi. Hal ini karena pemberlakuan penyesuaian terhadap kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai mendorong aktivitas ekonomi dan sosial secara perlahan, diiringi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Pingkan menjelaskan, melemahnya konsumsi masyarakat dapat terlihat dari rendahnya inflasi. Dari sudut pandang perekonomian, pandemi Covid-19 dan momentum harga minyak dunia yang anjlok mengubah pola inflasi selama bulan Ramadan hingga memasuki Lebaran tahun ini.

Berdasarkan data BPS, inflasi Mei 2020 merupakan inflasi terendah sejak 1978 jika dibandingkan dengan bulan-bulan Ramadan dan Lebaran di tahun-tahun sebelumnya.

"Padahal dalam kondisi normal, inflasi cenderung tinggi setiap kali menjelang Lebaran karena ada peningkatan permintaan dan produksi di hampir semua sektor, terutama makanan dan minuman, pakaian dan alas kaki, serta transportasi. Namun, yang terjadi tahun ini berbeda," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: