Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aduh, George Floyd Disebut Positif Virus Corona, Faktanya...

Aduh, George Floyd Disebut Positif Virus Corona, Faktanya... Kredit Foto: Reuters/Carlos Barria
Warta Ekonomi, Washington -

George Floyd yang menjadi korban kebrutalan polisi AS dinyatakan positif virus Covid-19. Menurut laporan autopsi yang dikeluarkan pada Rabu menunjukkan Floyd dinyatakan positif beberapa pekan sebelumnya kematiannya.

Laporan autopsi 20 halaman ini dikeluarkan pejabat pemeriksa di pelayanan medis Hennepin County Minnesote. Floyd disebutkan positif Covid-19 pada 3 April lalu berdasarkan analisa kode genetik virus atau RNA.

Baca Juga: Insiden Tewasnya George Floyd Membakar Semangat Negara-negara Lain buat Serang Balik Trump

Autopsi menyebutkan RNA masih akan tinggal di tubuh seseorang beberapa pekan setelah penyakit itu hilang. Karena itu tes kedua yang menyatakan Floyd positif menyiratkan bahwa dia tak punya gejala dari infeksi terdahulu ketika meninggal pada 25 Mei.  

Kepala pemeriksa medis dokter Andrew seperti dilansir CNN mengatakan, tes yang dipakai dalam autopsi disebut PCR. Tes dapat menunjukkan hasil positif selama beberapa pekan setelah paparan virus. Hasilnya menunjukkan gejala asimtomatik. Artinya virus itu tidak berperan dalam kematian George Floyd. 

Gelombang aksi protes atas kematian Floyd meluas di berbagai kota di AS dan dunia. Floyd  ditangkap karena menggunakan uang 20 dolar AS palsu di sebuah toko. Dalam sebuah rekaman video, Floyd diborgol dan tidak memberontak dalam penangkapan tersebut. Namun, polisi mengklaim bahwa dia sempat melawan ketika ditangkap.

Seorang perwira polisi, Derek Chauvin menekan lututnya di bagian leher Floyd hingga dia tak bisa bernafas. Sementara, berdasarkan rekaman video, dua polisi lainnya menekan lutut mereka di bagian punggung Floyd.

Dia dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong. Kematian Floyd adalah kasus terbaru dari kebrutalan polisi terhadap pria kulit hitam yang tertangkap dalam rekaman video.

Hal ini memicu protes atas rasisme dalam penegakan hukum AS. Insiden baru ini juga menghidupkan kembali ketegangan rasial yang membara di sebuah negara yang terpecah secara politis yang telah terpukul oleh pandemi korona dengan orang Afrika-Amerika menyumbang jumlah kasus yang sangat tinggi.

Kematian Floyd memiliki kemiripan dengan kematian Eric Garner, yang meninggal dalam sebuah penangkapan pada 2014 di New York. Ketika itu, Garner berulang kali mengatakan kepada polisi,"Saya tidak bisa bernapas."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: