Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementan Berhasil Jaga Harga & Stok Pangan Stabil di Tengah Covid-19, ICMI Tepuk Tangan

Kementan Berhasil Jaga Harga & Stok Pangan Stabil di Tengah Covid-19, ICMI Tepuk Tangan Kredit Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertanian merupakan salah satu sektor penting yang harus didorong dan ditangani secara khusus oleh pemerintah, terutama di tengah pandemi Covid-19. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) guna menjaga ketahanan pangan masyarakat.

Apresiasi tersirat dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) atas kinerja Kementan diutarakan Prof Ambo Alla, Guru Besar Pertanian Universitas Hasanudin (Unhas) sekaligus Wakil Ketua Bidang Pembinaan dan Keanggotaan ICMI. Dia meyakini Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mampu mengatasi masalah pangan masyarakat dalam situasi seburuk apa pun.

"Covid-19 membuat masyarakat lesu, diperlukan social engineering agar kembali bangkit terutama menghadapi new normal. Saya percaya Pak Menteri bisa membangkitkan semangat masyarakat," ucap Prof Ambo Ala dalam diskusi virtual ICMI dengan tema Ketahanan Pangan di Tengah dan Pasca Covid - 19, Kamis (4/6/2020).

Baca Juga: Galakkan Diversifikasi Pangan, Kementan Gandeng Dosen Polbangtan Gelar Penelitian Strategis

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua ICMI Orwil Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof Arismunandar, yang menegaskan keberhasilan Kementan dalam ketahanan pangan berbasis pada bukti. Dirinya berharap ke depan sektor pertanian lebih dikembangkan di wilayah Sulsel.

"Kita berharap Sulsel menjadi lumbung pangan nasional dengan pengembangan pertanian berbasis industri berskala besar," tutur Aris.

Seperti diketahui, Kementan memastikan 11 komoditas bahan pangan masyarakat, yaitu beras, bawang merah, putih, cabai besar, jagung, cabai rawit, daging ayam ras, daging sapi, daging kerbau, telor ayam, gula pasir, dan minyak goreng masih terkendali.

Terpantau seluruh kebutuhan pangan tersebut terpenuhi, terutama ketika menghadapi bulan suci Ramadan dan Idulfitri (Mei 2020). Namun, Mentan Syahrul menuturkan, memang masih ada beberapa catatan yang menjadi bahan evaluasi untuk Kementan.

"Persoalan yang lain terpantau dari sisi distribusi, logistik nasional, kemudian penyikapan terhadap daerah defisit yang ada," ucap Syahrul saat mengisi diskusi virtual bersama ICMI.

Kemudian, Syahrul juga mengatakan bahwa kebutuhan utama masyarakat, yaitu beras, terpantau aman hingga akhir Desember 2020 mendatang. Tercatat, ketersediaan beras hingga saat ini mencapai 21 juta ton dengan perkiraan kebutuhan pada empat hingga lima bulan ke depan sekitar 12,5 juta ton.

"Jadi sampai akhir Juni 2020 masih tersedia (overstock beras), gambarannya dari Desember 2019 terjadi overstock 5,9 juta ton. Kemudian perkiraan produksi hingga April 2020 mencapai 11,4 juta ton dengan perkiraan kebutuhan 10 juta ton," bebernya.

Menurut Syahrul, stok beras di Agustus 2020 ada sekitar 8,7 juta ton yang akan mengalami peningkatan sekitar 7,3 juta ton melalui musim tanam hingga Desember 2020 mendatang. Apabila dikalkulasikan menjadi lebih dari 16 juta ton beras dengan prediksi kebutuhan 9-10 juta ton. Maka stok beras hingga akhir Desember tersisa 6 juta ton.

"Jadi, masalah beras dan 11 komoditaas lainnya menurut saya masih bisa dikendalikan meskipun asumsi-asumsi ini masih harus menjadi asumsi apligatif di lapangan," jelasnya.

Baca Juga: Akademisi UI: Ekspor Pertanian Berpotensi Meningkat Tajam

Meskipun terlampau aman, Kementan masih terus berupaya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian, salah satunya dengan mempercepat musim tanam sebagai antisipasi kekeringan saat kemarau.

Syahrul memaparkan, prediksi BMKG sejak Mei 2020, kekeringan terjadi di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Oleh sebab itu, sisa hujan pada Juni 2020 harus dikejar.

"Kekeringan akan terjadi di Pulau Jawa, Sumatera, Papua Barat. Kemudian Juli kemarau muncul di Sulawesi Selatan, sehingga yang harus dikejar adalah musim tanam kedua (akhir Mei dan Juni)," paparnya.

Intervensi dilakukan terhadap 8,6 juta hektare lahan pertanian yang dikonsentrasikan terhadap delapan provinsi andalan, sembilan provinsi utama, dan 16 provinsi pengembangan harapan.

"Maka capaian hasil produksi beras, yaitu 12,5 juta ton. Namun, kami optimis akan terus meningkat hingga 15 juta ton sampai akhir Desember 2020," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: