Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Strategi Kementan Hadapi Masalah Pangan saat New Normal

Ini Strategi Kementan Hadapi Masalah Pangan saat New Normal Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 berdampak buruk terhadap seluruh sektor penting di Indonesia, termasuk pangan, yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Kementerian Pertanian (Kementan) pun terus berupaya melakukan penanganan dengan menyiapkan tiga strategi saat menghadapi New Normal.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menerangkan strategi pertama, yaitu agenda SOS atau emergency yang ditemukan ketika harga ayam sempat jatuh beberapa waktu lalu. 

"Bagi peternak, ayamnya akan dibeli oleh mitra dan difasilitasi penyimpanan berpendingin oleh pemerintah. Di sini, kami telah berkoordinasi dengan mitra," ucap Syahrul dalam diskusi virtual Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bertema Ketahanan Pangan di Tengah dan Pasca Covid - 19, Kamis (4/6/2020). 

Baca Juga: Kementan Berhasil Jaga Harga & Stok Pangan Stabil di Tengah Covid-19, ICMI Tepuk Tangan

Kemudian, peningkatan nilai tukar petani (NTP) akan masif dilakukan dengan menaikkan harga jual gabah sehingga target penambahan NTP menjadi 103 poin, lebih tinggi dari beberapa waktu sebelumnya, atau sebesar 102, 09 poin.

Mentan Syahrul menegaskan, penurunan tersebut bukan disebabkan oleh hasil produksi petani tidak akurat, namun karena dampak Covid-19 yang menyebabkan pelambatan transportasi, distribusi, dan pembatasan berbagai akselerasi kemasyarakatan.

"Karena adanya berbagai pembatasan dalam menghadapi Covid-19 menyebabkan NTP mengalami penurunan. Di sini harus ada solusi penyikapan, yaitu membangun stok penyangga atau buffer stock untuk 11 komoditas pangan, lalu pengembangan pasar dan toko tani, jaring pengaman sosial bagi petani, menjaga stabilitas harga," bebernya.

Strategi kedua agenda jangka menengah, yaitu memaksimalkan ekspor dengan mengintervensi industri agrikultur agar tidak memecat karyawannya. Juga relaksasi terhadap padat karya melalui pemberian bibit atau benih sehingga produksi komoditas tetap berjalan.

 

"Wilayah yang mengalami kekeringan dan minus kami support lewat bantuan sarana produksi, secara medical solution masalah Covid dapat diselesaikan dengan cepat, namun untuk food security membutuhkan antisipasi paling cepat dua tahun. Pertanian adalah solusi," tegasnya.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: