Tatanan kehidupan baru atau new normal di tengah wabah virus corona bakal dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Namun, ada beberapa acuan yang jadi syarat, jika suatu daerah ingin menjalankan new normal di wilayahnya. Salah satu syaratnya, dengan melihat angka Reproduksi Efektif atau Rt dan Reproduksi Dasar atau Ro.
Meski begitu, Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia Tri Yunus Miko Wahyono justru mengungkapkan tidak tepat jika Rt maupun Ro dijadikan acuan bagi pemerintah dalam melaksanakan normal baru atau new normal.
Ro dalam ilmu epidemologi mengestimasi rata-rata orang yang bisa terinfeksi wabah virus dari satu orang yang sudah positif. Sedangkan Rt merupakan rata-rata orang yang bisa terinfeksi dari satu pasien positif usai adanya intervensi pemerintah.
Baca Juga: Innalillahi, Kematian Covid-19 di Negeri Ratu Elizabeth II Tembus 40.000 Jiwa
Miko mengatakan, jika indikator tersebut digunakan untuk mengukur wabah yang bentuknya Common Source Epidemic atau melalui zat, maka itu tepat digunakan. Namun, untuk wabah yang bentuknya Propagated (progressive epidemic) atau penularannya dari orang ke orang seperti virus corona (Covid-19), itu tidak sepenuhnya tepat.
"Nah pada wabah yang common source pada patokan Rt sangat tepat sekali, jadi kalau yang propagated pakai Ro atau Rt itu kadang-kadang tepat kadang-kadang tidak," kata dia saat diskusi secara virtual, Sabtu (6/6/2020).
Oleh sebab itu, Miko menganggap bahwa jika wabah tersebut bentuknya Propagated, maka pemerintah tidak bisa dengan mudah melaksanakan normal baru hanya dengan indikasi tingkat penularan, sebab sifat penularan itu naik turun tergantung populasinya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: