Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bikin Lega, Akhirnya IHSG Kembali ke Level 5.000-an

Bikin Lega, Akhirnya IHSG Kembali ke Level 5.000-an Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya kembali bertengger di posisi 5.000-an. Pada perdagangan hari ini IHSG melesat 2.48% atau 122.78 poin ke level 5070.56. 

 

Head of Research Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi mengatakan bahwa saham-saham sektor keuangan yang +4.46% dan pertanian +3.82% memimpin penguatan sektoral hingga berhasil mendorong IHSG. Saham BBNI +13.65%, BBTN +11.37% dan BMRI +8.25% naik signifikan mengiringi peningkatan cadangan devisa yang sesuai ekspektasi sebesar $130.5 Miliar berbanding $127.9 Miliar diperiode sebelumnya.

 

“Lalu, saham-saham produsen CPO kembali mengalami penguatan dengan SIMP +12.73%, AALI +6.69% dan LSIP +5.81% yang naik lebih dari lima persen setelah harga CPO Malaysia tembus 2351 per ton mengiringi pengumuman pembebasan 100% atas bea keluar CPO hingga 31 Desember 2020,” terangnya, di Jakarta, Senin (8/6/2020). 

 

Baca Juga: IHSG Menguat 2,48% di Akhir Sesi II

 

Sementara, nilai tukar rupiah cooling down dengan melemah tipis kelevel Rp13.885 per USD sehingga investor asing pun tercatat net sell tipis sebesar Rp44.02 miliar.

 

Mayoritas indeks saham Asia menutup perdagangan awal pekan dengan optimis mendapat dorongan dari data pekerja AS yang menejutkan diatas ekspektasi negatif seakan mencerminkan reboundnya ekonomi global pasca pandemi akan lebih cepat. Indeks Nikkei (+1.38%), TOPIX (+1.13%), Hangseng (+0.03%) dan CSI300 (+0.52%) naik mengiringi penguatan harga minyak mentah brent kelevel $43 per Barrel setelah membatasan produksi bersejarah diperpanjang.

 

Kemudian, Bursa Eropa dibuka pada zona merah. Indeks Eurostoxx (-0.77%), FTSE (-0.32%) dan DAX (-0.80%) turun diawal sesi perdagangan mengiringi ekuitas berjangka AS yang berfluktuatif karena investor mempertimbangkan ada ancaman aksi profit taking jangka pendek. Selanjutnya investor akan menanti data neraca perdagangan di beberapa negara Eropa serta data pertumbuhan domestik bruto di Eropa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: