Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Bom atau Pesawat Tempur! China Harus Waspada Tingkat Tinggi Sebab AS Bersiap Perang...

Bukan Bom atau Pesawat Tempur! China Harus Waspada Tingkat Tinggi Sebab AS Bersiap Perang... Kredit Foto: Reuters/Lindsey Wasson
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China tak kunjung membaik. Setelah aksi saling menyalahkan atas virus corona, kini kedua negara adidaya itu berada di ambang pertempuran baru. 

Dilansir dari South China Morning Post, mantan Wali Kota Chongqing, Huang Qifan, mengatakan bahwa China sudah sepatutnya waspada terhadap rivialnya itu. Terlebih lagi, saat ini AS dikatakan tengah melancarkan perang finansial kepada China. Ia memperingatkan, walau secara kasat mata AS seperti mengambil langkah gegabah, Qifan menilai AS sebenarnya sangat hati-hati. 

Baca Juga: Astaga! Rupiah Babak Belur secara Regional dan Global, Dolar AS Dibanderol Rp14.200 Lebih!

"Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa politisi dan senator mungkin terlihat membuat banyak kebisingan dan apa yang mereka katakan tampak berantakan, tetapi sebenarnya ada langkah-langkah yang diperhitungkan dengan baik di belakang layar," tegasnya dikutip pada Jumat (12/06/2020).

Pria berusia 68 tahun itu melanjutkan, AS kini tengah mempersiapkan langkah-langkah dalam rencana permainan yang sistematis. Langkah-langkah tersebut, kata Qifan, dapat dilacak ke Undang-Undang Otoritas Promosi Perdagangan (TPA) Tahun 2015 yang disahkan Kongres AS pada tahun 2015 silam. 

Baca Juga: Tumbang di Asia, Rupiah Dekati Rp14.100 Per Dolar AS

"Ada bagian dalam TPA yang mengatakan pemerintah AS dapat melakukan serangkaian langkah-langkah sebesar perdagangan dan perang keuangan terhadap negara-negara yang telah ditunjuk oleh Departemen Keuangan AS sebagai manipulator mata uang," katanya lagi. 

Ia mencontohkan, TPA memberdayakan pemerintah AS untuk menghentikan perdagangan dengan negara-negara sasaran, melarang perusahaan dari negara-negara ini untuk berpartisipasi dalam pasar keuangan AS dan melarang bank-bank AS dan perusahaan-perusahaan keuangan melakukan bisnis dengan negara-negara ini.

"Jika lembaga keuangan negara dipisahkan dari jaringan ini, negara tersebut tidak akan dapat berdagang dengan negara lain dan ini akan membuat kesulitan besar... Menggerakkan kenaikan besar dan penurunan nilai tukar juga dapat menimbulkan kerugian ekonomi di negara lain," sambungnya lagi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: