Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menengok Peta Kekuatan Militer India dan China Jika Perang Pecah, Siapa yang Menang?

Menengok Peta Kekuatan Militer India dan China Jika Perang Pecah, Siapa yang Menang? Kredit Foto: Reuters/Carlos Garcia Rawlins
Warta Ekonomi, Washington -

Sebuah penelitian terbaru dari Belfer Center Harvard Kennedy School of Government di Boston dan Center for a New American Security (CNAS) di Washington menunjukkan, bahwa India mempertahankan keunggulan militernya di daerah pegunungan. Meski sebelumnya tercatat keunggulan ditujukan Komando Militer Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) daripada India.

Dalam catatan sejarahnya, India dan China berperang pada 1962 yang dimenangkan China. Kala itu, Beijing menyatakan gencatan senjata setelah mengamankan wilayah batas kontrol de facto atas Aksai Chin.

Baca Juga: Mengapa 20 Tentara India Bisa Dihabisi Oleh Militer China?

Seperti diketahui, baik India maupun China memiliki kekuatan nuklir. Menurut data lembaga think-tank Swedia Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), China memiliki sekitar 320 hulu ledak nuklir, sedangkan India hanya 150. China sempat meningkatkan persenjataannya lebih cepat dari India.

Pada tahun lalu, Beijing telah meningkatkan daya ledak nuklirnya sebesar 40 hulu ledak, sementara New Delhi 10 persen. Kedua negara mempertahankan tiga serangkai sistem pengiriman, yakni misil, pengebom, dan kapal selam.

Dalam laporan CNN, kedua negara juga memiliki kebijakan "tanpa penggunaan pertama", yang berarti mereka hanya berjanji akan menggunakan senjata nuklir sebagai pembalasan atas serangan nuklir di negara mereka.

Menyoal pasokan pesawat tempur, India memiliki sekitar 270 pesawat tempur dan 68 pesawat tempur darat. Sebaliknya, China hanya memiliki 157 pejuang dan satu armada kecil drone serangan darat di wilayah sengketa.

Menurut studi Belfer oleh Frank O'Donnell dan Alexander Bollfrass, New Delhi juga memelihara serangkaian pangkalan udara kecil di dekat perbatasan China yang dapat menggelar dan memasok pesawat-pesawat.

"Tingginya ketinggian pangkalan udara China di Tibet dan Xinjiang, ditambah kondisi geografis dan cuaca yang umumnya sulit di wilayah itu, berarti bahwa personel China terbatas untuk membawa sekitar setengah muatan desain dan bahan bakar," kata penelitian itu seperti dikutip kantor berita ANI, Kamis.

Menurut CNAS, India telah membangun pangkalan-pangkalannya di kawasan yang berbatasan dengan China.

"Untuk menghadapi kemungkinan serangan PLA, India telah menempatkan penekanan lebih besar pada pengerasan infrastruktur, ketahanan pangkalan, komando berlebihan, sistem kontrol, dan sistem komunikasi dan peningkatan pertahanan udara," kata laporan itu.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: