Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cara Memutus Rantai Sandwich Generation

Cara Memutus Rantai Sandwich Generation Kredit Foto: Freepik
Warta Ekonomi, Jakarta -

Umumnya, seorang anak di Indonesia memiliki tanggung jawab finansial kepada orangtuanya saat ia besar. Tanggung jawab finansial tersebut akan tetap ada meskipun ia telah berkeluarga dan memiliki anak. Rantai ini dikenal dengan sandwich generation yang diperkenalkan oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody di tahun 1981 melalui jurnal dengan judul “The ‘Sandwich’ Generation: Adult Children of The Aging”. Agar seorang anak tidak terjebak dalam rantai sandwich generation orangtua memiliki peran penting. 

 

Investment & Liabilities Department Head Bank Commonwealth, Ivan Kusuma menyebutkan bahwa orangtua dapat melakukan investasi untuk masa depannya agar tidak membebani anak, anak juga dapat melakukan investasi sejak dini untuk persiapan masa depannya, begitupun seterusnya. “Terapkan pengaturan keuangan dan tetapkan tujuan keuangan,” kata Ivan dalam Financial Talk online yang diadakan PT Bank Commonwealth, di Jakarta, Senin (22/6/2020). 

 

Kemudian, lanjut Ivan, pilih instrumen investasi sesuai dengan tujuan investasi dan juga profil risiko, monitor portofolio investasi, disiplin dan fokus pada tujuan, serta memiliki asuransi dan dana darurat sehingga jika ada keadaan darurat tidak mengganggu portofolio investasi. Selain itu, diversifikasi investasi juga penting untuk melindungi asset. 

 

Baca Juga: Benarkah saat Ini Waktu yang Tepat untuk Berinvestasi?

 

Menurut Ivan, saat ini instrument yang paling menarik salah satunya adalah obligasi. Pasar obligasi Indonesia saat ini menawarkan tingkat real yield yang cukup atraktif jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya yakni di sekitar 5,16%. 

 

“Hal ini disebabkan karena Kondisi fundamental Indonesia yang cukup baik dapat membuat para investor asing kembali melirik Indonesia sebagai salah satu negara emerging market yang menjadi tujuan investasi,” tambahnya. 

 

Ivan menerangkan bila obligasi, yang merupakan surat utang yang berisi janji dari penerbit surat utang untuk membayar sejumlah imbalan berupa bunga dalam suatu periode tertentu dan akan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pembeli surat utang tersebut, memberikan tiga keuntungan bagi investor. 

 

Yang pertama, investor akan mendapatkan kupon secara berkala, yang tingkat kuponnya biasanya lebih tinggi dari bunga deposito. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kupon seperti kredibilitas penerbit, jangka waktu obligasi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga acuan, dsb. Kedua, berpotensi memperoleh capital gain, jika obligasi tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Ketiga, risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen saham. Harga obligasi di pasar sekunder cenderung memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan instrumen saham. Bahkan untuk obligasi yang diterbitkan pemerintah para pelaku pasar sepakat bahwa instrumen tersebut merupakan instrumen yang bebas risiko alias risk free. 

 

Baca Juga: Pentingnya Investor Asing bagi Perekonomian Nasional

 

Di bulan Juni ini, pemerintah telah menerbitkan Sukuk Negara Ritel dengan seri ORI017. ORI017 ini ditawarkan pemerintah sejak 15 Juni lalu dengan masa pemesanan 15 Juni – 9 Juli 2020. Kupon yang ditawarkan 6,4% dengan tenor 3 tahun. Investor dapat membeli ORI017 ini kapan saja selama masa penawaran melalui aplikasi Commbank SmartWealth. 

 

PTBC menawarkan beragam solusi perbankan termasuk pinjaman rekening koran (overdraft) dan pinjaman berjangka (term loan) bagi SME, kredit pemilikan rumah (KPR), wealth management, pembukaan rekening tabungan secara digital dan menyeluruh, pinjaman kredit bisnis SME secara digital dan investasi reksa dana dengan fleksibilitas untuk menetapkan tanggal transaksi, fitur standing order, dan pembelian reksa dana melalui Internet Banking.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: