Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemungkinan Terburuk Covid-19 di AS: Total Kematian Pasien Bisa Capai 150 Ribu Kasus

Kemungkinan Terburuk Covid-19 di AS: Total Kematian Pasien Bisa Capai 150 Ribu Kasus Kredit Foto: Antara/Brian Snyder
Warta Ekonomi, Washington -

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) memprediksi jumlah kematian akibat Covid-19 di seluruh negara bagian AS. AS diprediksi dapat mencatat hingga 150 ribu kematian akibat virus pada pertengahan Juli.

Penyebaran virus terus meningkat di lebih dari setengah negara bagian di AS setelah lockdown atau karantina wilayah mengalami pelonggaran. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan lonjakan jumlah kasus yang telah melampaui lebih dari dua juta di seluruh negeri.

Baca Juga: Global Tambah Was-Was, Kekuatan Rupiah Atas Dolar AS Banyak Terpangkas!

CDC mengatakan pihaknya menerima 20 perkiraan nasional individu yang menunjukkan kemungkinan akan ada antara 130 ribu dan 150 ribu total Covid-19 yang dilaporkan meninggal pada 18 Juli.

Menurut perkiraan ansambel, jumlah kematian baru selama empat pekan ke depan di Arizona, Arkansas, Kalifornia, Florida, Hawaii, Missouri, Nevada, Carolina Utara, Oklahoma, Carolina Selatan, Tennessee, Texas, dan Utah yang kemungkinan akan melebihi jumlah yang dilaporkan selama empat pekan terakhir.

"Untuk negara bagian lain, jumlah kematian baru diperkirakan sama dengan jumlah yang terlihat dalam empat pekan sebelumnya atau sedikit menurun," kata CDC dikutip laman Anadolu Agency, Kamis.

Sejauh ini, tujuh negara bagian yakni New York, California, New Jersey, Illinois, Texas, Massachusetts, dan Florida memiliki lebih dari 100 ribu kasus. Arizona, Florida, dan Texas terus mengalami peningkatan pada kasus Covid-19.

Pada Maret, Gedung Putih memproyeksikan bahwa penyakit itu dapat membunuh hingga 240 ribu jiwa. Hingga Rabu (24/6/2020) malam, AS memiliki lebih dari 2,3 juta infeksi dan hampir 122 ribu kematian, menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: