Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diversifikasi Pangan di Tengah Pandemi? Indef: Yes! Percepat!

Diversifikasi Pangan di Tengah Pandemi? Indef: Yes! Percepat! Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan setuju dengan upaya Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menggelorakan diversifikasi pangan.

Tak hanya itu, ia juga menegaskan bahwa diversifikasi pangan harus lebih dipercepat khususnya di Indonesia bagian timur, termasuk subsidi tepat sasaran dan pendataan yang valid sehingga peluang dan potensi produksi pangan alternatif bisa dipetakan dengan baik.

Baca Juga: Belajar Daring, Mahasiswa Politeknik Kementan Aktif Dampingi Petani di Lapangan

"Saya setuju dengan upaya Kementan menggelorakan diversifikasi pangan kalau konsisten optimis bisa dipercepat," ucap Bhima, Jumat (26/6/2020).

Menurut dia, saat pandemi corona yang penuh ketidakpastian, diversifikasi pangan menjadi strategi yang cukup mendesak. Terutama, melihat ancaman krisis pangan. Diketahui, beberapa negara eksportir pangan khususnya beras saat ini terpantau cenderung melakukan proteksionisme dengan mengurangi ekspor pangan ke negara lain.

"Tanpa diversifikasi pangan selain beras, ketahanan pangan sangat rentan," bebernya.

Oleh sebab itu, Bhima menyambut baik berbagai upaya diversifikasi pangan. Dalam perspektif ekspor, diversifikasi pangan juga berhubungan dengan kenaikan nilai tambah dan mengurangi risiko akibat turunnya harga di satu jenis komoditas pangan. Menurutnya, makin terdiversifikasi, pangan yang dihasilkan makin bagus bagi perekonomian dan kesejahteraan petani. 

"Misalnya harga beras internasional sedang turun, tapi harga sorgum naik sehingga petani bisa switch untuk mengembangkan komoditas yang harganya lebih baik," tandasnya.

Sementara itu, Kementan terus mendorong pemerintah daerah mengembangkan potensi sumber pangan lokal dan mengajak masyarakat agar mengubah pola pikir bahwa beras atau nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat.

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi mengatakan bahwa untuk memenuhi kecukupan pangan dan gizi harus didukung dengan peningkatan produksi yang bersifat eksponensial atau tidak linier dengan berbagai upaya seperti inovasi teknologi, intensifikasi, ekstensifikasi, pendampingan, penyediaan modal usaha, dan akses pasar.

"BKP Kementan juga mengembangkan beberapa program unggulan seperti kawasan rumah pangan lestari atau KRPL, program kawasan mandiri pangan disingkat KMP, gerakan diversifikasi konsumsi pangan untuk meningkatkan produksi pangan, dan perbaikan gizi mulai dari rumah tangga," terangnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: