Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kini 10 Juta Orang, Nanti Positif Corona Dunia Bisa Saja 20 Juta

Kini 10 Juta Orang, Nanti Positif Corona Dunia Bisa Saja 20 Juta Kredit Foto: Reuters/Carlo Allegri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lebih dari 10 juta orang di dunia tertular virus corona setelah enam bulan wabah pertama dilaporkan muncul di kota Wuhan, China. WHO mengatakan angka penularan belum melambat, dengan jumlah penularan yang bisa mencapai 20 juta orang di bulan September.

Pandemi global virus corona sekarang sudah dilaporkan terjadi di 210 negara dan kawasan, kecuali benua antartika. Virus corona juga sudah resmi dinyatakan sebagai penyebab kematian lebih dari 500 ribu orang di seluruh dunia.

Baca Juga: Duh, Kematian Akibat Corona di Seluruh Dunia Tembus 500.000 Jiwa

Virus ini dengan cepat menyebar setelah China melaporkan ke WHO tanggal 31 Desember 2019 soal kasus radang paru-paru yang tidak biasanya di Wuhan. Bulan Januari, COVID-19 dengan cepat menyebar ke berbagai kawasan di China hingga akhirnya mencapai seluruh 31 provinsi di negara tersebut.

China mengalami puncak kasus dengan adanya 6.500 kasus dalam masa 24 jam pada pertengahan Februari 2020. Angka penularan bisa dikendalikan setelah kota Wuhan, dengan penduduk lebih dari 10 juta orang, ditutup sepenuhnya atau "lockdown", ditambah kebijakan "social distancig" dan peningkatan jumlah tes.

Hari Minggu (28/6/2020), kasus aktif virus corona di China berada di bawah angka 1.000. Sebanyak 4.641 orang di China meninggal akibat virus corona, namun sejak akhir Februari korban kematian terbanyak berada di luar China.

Virus menyebar cepat di luar China

Kasus pertama di luar China dilaporkan terjadi di Thailand, tanggal 15 Januari, kemudian dengan cepat menyebar ke Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Amerika Serikat. Menariknya, Thailand selama ini hanya mencatat 58 kematian akibat virus tersebut.

Di bulan Maret, pusat penyebaran virus berada di kawasan Eropa. Tanggal 5 Maret 2002, Eropa mencatat separuh dari kasus virus corona di dunia terjadi di kawasannya.

Ratusan juta warga Eropa harus menjalani karantina dilarang keluar rumah, di saat pemerintah berusaha menghentikan penyebaran virus. Italia menjadi negara pertama di Eropa yang memiliki angka kematian karena COVID-19 tertinggi, sebelum menyebar ke Spanyol, Prancis dan Inggris.

Dua kluster besar yang merepotkan pemerintah adalah yang terjadi di Italia Utara. Di pertengahan bulan Maret, dengan "lockdown" yang ketat, Italia mengalami masa puncak penyebaran virus.

Dalam dua bulan terakhir angka penularan di Italia mulai menurun dan di awal bulan Juni lalu negara tersebut kembali dibuka dengan pelonggaran pembatasan perjalanan di dalam negeri. Hari Sabtu, hanya ada 8 kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan di Italia, pertama kalinya angka kematian berada di bawah angka 10 sejak 1 Maret 2020.

Angka penularan di Eropa sudah mencapai titik puncak, meski Rusia kini disebut sebagai daerah penularan baru. Angka kematian di Inggris, Italia, Spanyol dan Prancis dilaporkan terus menurun.

Virus corona tidak mengenal perbatasan negara. Di bulan April, Amerika Serikat menjadi pusat penyebaran baru dan sampai sekarang masih berjuang untuk mengatasinya.

Angka penularan di Amerika Serikat sudah lebih tinggi dari seluruh jumlah kasus di Eropa. Lebih dari satu bulan, 30 persen kasus COVID-19 di seluruh dunia terjadi di Amerika Serikat.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: