Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menkeu: Krisis Kali Ini Berbeda, Kita Harus...

Menkeu: Krisis Kali Ini Berbeda, Kita Harus... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Krisis yang terjadi karena pandemi Covid-19 saat ini dipandang sangat berbeda dengan krisis keuangan Asia 1998 maupun krisis keuangan global 2008. Dalam masa pandemi yang penuh ketidakpastian ini, pemerintah memiliki peran sangat penting karena hampir semua sektor publik hingga swasta terkena imbas Covid-19.

Demikian yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menjadi salah satu panelis dalam acara Toronto Centre Live Webinar dengan tema "Post Covid-19 Crisis: Implications for Financial Stability, Financial Inclusion, Gender Equality and International Development".

Baca Juga: Begini Taktik Bu Menkeu Selamatkan Ekonomi Indonesia dari Jerat Resesi

"Krisis kali ini berbeda sekali karena kita harus melindungi manusia dan perekonomiannya sekaligus. Untuk membendung penyebaran virus, kita harus membatasi pergerakan manusia. Itu salah satu shock besar karena tidak pernah terjadi sebelumnya, jadi kita harus memikirkan dua sampai tiga langkah ke depan. Inilah mengapa pemerintah berperan sangat penting," kata Menkeu.

Menurutnya, pemerintah langsung merespons cepat dengan melakukan penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Pandemik Covid-19 ini memukul perekonomian masyarakat secara luas, termasuk rumah tangga dan pelaku usaha," tukasnya.

Selain perlindungan sosial, lanjut Sri Mulyani, dukungan bagi pelaku usaha, khususnya UMKM sangat penting. Salah satu langkah penting adalah restrukturisasi kredit UMKM, dibarengi dengan subsidi bunga dan memberikan kemudahan untuk mendapatkan kredit modal kerja baik melalui penempatan dana murah pada perbankan maupun penjaminan kredit.

Menurut Menkeu, banyak pelaku UMKM adalah wanita sehingga dukungan ini juga sekaligus berdampak pada inklusi keuangan dan kesetaraan gender yang menjadi topik webinar ini.

"Satu hal yang berbeda pada krisis kali ini adalah adanya pembatasan sosial dan beruntung kita punya teknologi sehingga banyak transaksi dilakukan secara online. Episentrum pandemi di Indonesia yaitu Jakarta yang masyarakatnya lebih maju dalam penguasaan teknologi sehingga meskipun tidak ada kontak (fisik), transaksi terus berlangsung. Banyak orang beralih menggunakan transaksi dengan teknologi digital. Hal ini mengakselerasi penggunaan teknologi yang (selanjutnya) mentransformasi ekonomi ke digital," tegasnya.

Menkeu juga menjelaskan strategi pembiayaan Indonesia di masa pandemi. "Di tengah pandemi yang menyebabkan gejolak pasar keuangan, pendalaman pasar dan mengandalkan pembiayaan domestik menjadi sangat penting. Di Indonesia, peningkatan defisit terjadi secara dramatis menjadi di atas 6%. Kami pertama melihat sumber pembiayaan yang kita miliki sendiri. Selanjutnya, pemerintah juga memanfaatkan pasar surat berharga dalam negeri," jelas Sri Mulyani.

Di samping itu, dimungkinkannya bank sentral untuk membeli dan berpartisipasi di pasar primer juga menjadi satu hal kritikal. Terakhir, peran lembaga keuangan multilateral dan bilateral juga sangat penting dalam memberikan pinjaman dengan bunga yang rendah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: