Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gerakkan Petani Milenial Menuju 4.0

Gerakkan Petani Milenial Menuju 4.0 Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Petani milenial merupakan tombak regenerasi petani Indonesia. Mereka menjadi andalan menuju pertanian 4.0 yang maju, mandiri, dan modern. Inovasi teknologi 4.0 di masa pandemi Covid-19 makin terasa sangat penting dilakukan. Yang awalnya tidak banyak dilihat, tetapi kini terpaksa dilakukan dan makin dipercepat.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, saat Webinar "Gaung Pertanian 4.0 Bersama Petani Milenial" pada Rabu (1/7/2020) mengatakan bahwa petani milenial Indonesia sudah terjun langsung memanfaatkan teknologi dari hulu hingga hilir.

Baca Juga: UGM Dukung Kementan Perkuat Diversifikasi Pangan Lokal

"Alhamdulilah, petani milenial kita sudah terjun langsung manfaatkan ini dari hulu hingga hilir. Contohnya, Nudira Fresh yang memanfaatkan smart greenhouse dan beragam Internet Of Things (IOT). Kemudian ada TaniHub yang mendekatkan produsen ke konsumen," kata Dedi Nursyamsi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Karena itu, teknologi dan inovasi teknologi harus digunakan dalam dunia pertanian agar menjadi maju, mandiri, dan modern. Mulai dari memanfaatkan bioscience untuk menghasilkan varietas potensi tinggi hingga memanfaatkan alsintan untuk mempercepat proses produksi. "Saya yakin, petani milenial sudah banyak yang memanfaatkan ini untuk usaha taninya. Kita harus melejit bergerak," tambahnya.

Pernyataan Kepala BPPSDMP tersebut juga diapresiasi oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi, yang menaruh perhatian penting pada pertanian sejak menjadi Bupati Purwakarta.

"Dunia pertanian menjadi alas pembangunan suatu negara sehingga teknologi termasuk pengelolaan bidang pertanian. Bicara pertanian, bicara ketahanan ekonomi yang tidak memiliki ketergantungan dengan pihak lain. Apalagi, jika dikembangkan secara mandiri termasuk teknologinya dikembangkan sendiri," tuturnya.

Namun, Dedi sendiri meminta penguatan pertanian secara manual juga harus tetap dilakukan. "Ketika digital mengalami problem pengembangan, ketika listrik mati, dan lain-lain kembali ke manual. Ini yang harus tetap dilakukan," sarannya.

Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dudi Iskandar, menuturkan bahwa penerapan teknologi 4.0 di sektor pertanian sudah tidak bisa dihindari. "Produk pertanian bisa lebih cepat diakses oleh semua pihak, apalagi diramalkan kebutuhan pangan dunia akan makin meningkat seiring pertumbuhan penduduk," tambahnya.

Salah satunya dengan penggunaan smart farming menggunakan sistem Internet of Things (IOT). Dudi mengaku para petani milenial sudah banyak yang merintis ke arah itu. "Selama ini, BPPT terkoneksi dengan petani milenial dan start up pertanian melalui Balai Inkubator Teknologi," tuturnya.

Dudi mencontohkan salah satu penerapan inovasi teknologi pertanian yang sudah digunakan selama pandemi Covid-19, mulai dari produksi aneka makanan minuman terkait kesehatan dan imunitas tubuh. "Mereka create komposisi (ingredient), pengemasan (packaging), promosi (promotion), sampai pengiriman (delivery system)," beber Dudi.

Hulu-Hilir

Melihat tantangan dan peluang inovasi teknologi 4.0 yang bisa dikembangkan oleh petani milenial, Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan), BPPSDMP, Kementan menyatukan visi dalam Millenial Agriculture Forum (MAF) seri Ke 4 yang digelar Rabu (1/7/2020) dengan mempertemukan berbagai narasumber yang merupakan praktisi maupun pemain teknologi 4.0 di sektor pertanian, mulai dari hulu hingga hilir.

Seperti PT Nudira Farm yang andal menggunakan teknologi IOT Smart Farming di Greenhouse untuk aneka tanaman hortikultura. Ada juga 8Village yang fokus pada pengembangan teknologi yang langsung menyentuh pada petani sebagai pelaku pertanian.

Hingga, TaniHub, sebuah hub yang menghubungkan hulu hingga hilir di sektor pertanian. Tak hanya itu, TaniHub juga membuka modal melalui usaha kolektif dari masyarakat (crowdfunding) untuk membiayai dan imbal hasil dari sektor pertanian.

"Sehingga petani milenial akan bisa terhubung dan memanfaatkan peluang bisnis dengan pemerintah, dengan praktisi untuk mengembangkan bisnis dengan menggunakan teknologi. Pada akhirnya, mendorong generasi muda untuk bisa berkecimpung langsung di dunia pertanian 4.0," ungkap Kepala Pusdiktan, Idha Widi Arsanti.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: