Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Eukaliptus, Sumbangsih Kementan di Tengah Pandemi untuk Indonesia

Eukaliptus, Sumbangsih Kementan di Tengah Pandemi untuk Indonesia Kredit Foto: Pikiran Rakyat
Warta Ekonomi, Jakarta -

"Menghadapi penyakit ini, harus bersama-sama. Kita tidak bisa mengatasi penyakit hanya dari satu sisi saja. Sesuai arahan Pak Menteri Pertanian, penelitian itu tidak boleh berakhir," cerita Indi Dharmayanti, Kepala Balai Besar Veteriner (BBalitvet).

Menurut Indi, Mentan pada awalnya ingin para peneliti di Kementan berkontribusi untuk pandemi karena begitu banyak potensi yang dimiliki. Lanjutnya, di Balitbangtan mereka memiliki Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, BBalitvet, dan Balai Besar Pasca Panen yang kemudian berkolaborasi melakukan riset. Jika beberapa kalangan mengatakan Kementan tidak kompeten dan meragukan, ia mengatakan hal tersebut kurang tepat.

Baca Juga: Meski Dinyinyirin, Eucalyptus Kementan Diapresiasi Komisi IV

"Tentu kami sangat kompeten meneliti tanaman obat, meneliti virus, bahkan mengemas produk pascapanen petani menjadi produk yang bernilai tinggi untuk masyarakat," kata Indi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (8/7/2020).

Indi mengungkapkan, BBalitvet memiliki sejarah panjang dalam melakukan penelitian dan pengkajian terhadap berbagai jenis penyakit hewan dan zoonosis, termasuk virus corona. Koleksi virus tersebut disimpan dalam Balitvet Culture Collection.

"Kami punya koleksi virus yang sangat lengkap, dari zaman (penjajahan) Belanda hingga sekarang, mulai dari patogen hingga nonpatogen. Kita punya koleksi virus corona, bakteri antraks, hingga virus influenza. Semua terdokumentasi dengan baik," ujar Indi.

Karena itu, Indi melihat pengembangan produk eukaliptus yang dilakukan oleh Kementan merupakan hal yang sangat lumrah. Apalagi, Kementan memiliki fasilitas dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai.

"Kami punya fasilitas sangat baik, seperti laboratorium Biosafety Level (BSL) 3 sebagai laboratorium dengan tingkat keamanan tertinggi yang ada di Indonesia. Kami juga memiliki SDM yang telah tersertifikasi secara internasional," tegas Indi.

Indi menyebutkan, pihaknya akan terus bekerja sama dengan lembaga-lembaga lainnya untuk melakukan penelitian lanjutan. Apalagi, sesuai dengan konsep One Health, kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan memang saling terkait sehingga diperlukan upaya kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu yang bekerja secara lokal, nasional, dan global. 

"Beberapa lembaga sudah terbuka untuk melakukan kerja sama untuk uji klinis, seperti Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin dan FK Universitas Indonesia. Selain itu, sudah ada dukungan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia)," tutur Indi.

Sebagai informasi, pada tahun 2006 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan terhadap BBalitvet atas penelitiannya tentang virus flu burung. Penelitian tersebut berhasil menghasilkan kandidat vaksin flu burung yang diproduksi hingga sekarang. Lembaga ini dikenal sejak lama sebagai pusat penelitian penyakit hewan dengan reputasi internasional dan bekerja sama dalam pencegahan bioterorisme.

"Banyak penyakit yang bersumber awalnya dari hewan dan Covid-19 salah satu yang diduga berawal dari hewan ke manusia. Kami sudah punya juga sampelnya. Namun, karena virus ini masih baru, tentu masih perlu dipelajari karakteristiknya. Kami yakin riset kolaborasi peneliti kesehatan hewan dan manusia akan memperkuat peran eukaliptus ini," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: