Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belajar Kejam

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta- Innovation is mean!Gemerlapnya produk-produk inovatif seperti smartphone dan tablet terkini begitu memanjakan penggunanya. Kekayaan fitur inovasi sekaligus berkilaunya performa keuangan penginovasi selalu seksi untuk dibicarakan. Namun, ada satu hal yang terlupa. Inovasi bukan untuk semua. Perlu perjalanan panjang nan kejam sebelum menikmati keberuntungan.

Inovasi tidak tersentuh oleh kebanyakan. Bisa dimengerti memang. Kealpaan, ketidakkonsistenan, ketidakfokusan, ketidakmampuan memenjarakan kita untuk bisa terus berkarya gemilang. Mungkin ada benarnya Lean Is Mean. Menjadi ramping itu kejam. Namun, itulah yang membuat perusahaan seperti Toyota menjadi perusahaan kelas dunia. Untuk mengejar kesempurnaan, inkonsistensi yang manusiawi harus dilanggar. Bahkan Apple pun bisa menjadi perusahaan paling bernilai secara konsisten dalam beberapa tahun terakhir bukan karena keindahan desainnya semata. Kekejaman sang pengorkestrasi jejaring pasokan mereka, Tim Cook (CEO Apple sekarang), untuk merampingkan jejaring suplainya-lah yang merupakan penjelasannya.

Jelas, inovasi bukan untuk semua. Menjalaninya haruslah seperti pendaki gunung. Setiap pendakian menawarkan pengalaman baru. Gangguan harus dihadapi;  jalan-jalan baru harus ditapaki. Kesabaran menjadi ketinggian derajat dari penginovasi sejati. Namun, bukan kesabaran yang  pasrah menantikan nasib baik, melainkan yang berfondasi kukuh pada pengetahuan dan teknologi. Bukan mengurung diri dari ketidaktahuan, apalagi kekepalabatuan. Namun, kesabaran yang terus membuka diri terhadap segala oportunitas kebaikan.

 

Justifikasi Finansial

Inovasi tidak terdistribusi merata adalah realitas. Inovasi proses seperti just in time productionsepertinya begitu bernyawa dan hanya bekerja di lingkungan Toyota saja. Banyak pelaku lainnya begitu sulit untuk memindahkan pengetahuan dan praktik tentang pemangkasan pemborosan ke tempatnya. Menjadi superior lewat perbaikan berkelanjutan tidak bisa hanya lewat slogan. Juga tidak bisa hanya kampanye pencitraan kultur yang hebat untuk perusahaan. Superioritas perusahaan dicapai lewat perjalanan panjang.

Perjalanan panjang penuh ketidakpastian inilah yang sering dihindari pelaku bisnis. Studi empiris menunjukkan kecenderungan tinggi di perusahaan untuk membunuh inisiatif inovasi (Febransyah dkk., 2012). Rapalan show me the moneydari pemimpin puncak perusahaan sering membuat tergagap para penginisiasi proyek inovasi di perusahaan.

Oportunitas inovasi yang hebat sekalipun akan gugur ketika harus dijelaskan dengan menggunakan indikator finansial konvensional. Contoh saja, ketika Google pada “Friday  the 13th, 2013” mengakuisisi Boston Dynamics, sebuah perusahaan robot terdepan dengan kecanggihan teknologinya, banyak yang terheran-heran. Lompatan katak seperti apa yang ingin dilakukan Google, dari penyedia search enginesekarang ini ke penyedia robot di masa depan? Dengan nilai akuisisi yang masih dirahasiakan, tetapi diyakini begitu mahal, bagaimana hal ini dijelaskan? Peruntungan seperti apa yang dilihat oleh Google dan tidak oleh kebanyakan?

Inilah yang selalu menjadi tantangan utama penginovasi. Bagaimana mereka dapat mengunci kesuksesan finansial dari setiap inisiatif  inovasi? Bisa saja Google sudah melihat oportunitas begitu nyata dari Boston Dynamics sehingga mengakuisisinya. Akan tetapi, bagaimana pelaku inovasi menjustifikasi kegiatan di awal tahapan inovasi, seperti membiayai R&D yang justru dilakukan untuk menghadirkan “what’s next?

Di sinilah rupanya bentuk kekejaman yang harus dilewati oleh pelaku inovasi. Jelas bukan untuk mereka penghindar risiko, yang hanya memutuskan berdasarkan kejelasan dari skenario terburuk, penginovasi harus berani bertaruh dengan keputusan dalam ketidakjelasan dan kepastian.Tentu bukan harus menjadi petaruh tanpa perhitungan yang bersandar pada nasib baik. Penginovasi adalah pendisiplin dalam menemukan pintu-pintu kejelasan dan kepastian.

 

Peruntungan Inovasi

Inovasi pada esensinya adalah tetap tentang penciptaan keuntungan. Lewat keuntunganlah, perusahaan lebih leluasa untuk memikirkan keberlangsungannya di masa depan. Berbicara tentang keuntungan, tergantung pada ketinggian nilai dari inovasi yang ditawarkan, pelakunya dapat menikmati keuntungan dengan margin yang tipis ataupun lebar.

Bagi pengembang produk-produk fungsional, keuntungan (umumnya bermargin tipis) diperoleh lewat dimensi teknologi yang rendah dan style yang rendah (Vogel dkk., 2005). Mobil murah yang ditujukan untuk mereka yang belum memiliki mobil masuk dalam kategori ini. Penginovasi yang bermain di kategori ini harus memastikan keterjangkauan harga dan kecukupan fungsi dari produk mereka. Jika disiapkan dengan tepat sedari awal, inovasi dengan teknologi rendah dan style rendah tetap memberikan keuntungan buat pelakunya. Apalagi jika dikampanyekan secara kreatif, bisa saja produk ini memiliki stylesekaligus kemaknaan yang tinggi di mata penggunanya. Jika ini yang terjadi, margin keuntungan bisa sedikit lebih lebar mengingat penggunanya lebih emosional dan tidak terpaku pada rasionalitas fungsi dan harga.

Keleluasaan untuk menikmati margin keuntungan yang lebih lebar akan dinikmati oleh penginovasi yang bermain di teknologi tinggi. Tidak dimungkiri setiap penginovasi adalah technologist, pengguna teknologi. Makin tinggi teknologi, umumnya diikuti dengan ketinggian kualitas produk. Bagi mereka pengapresiasi keunggulan teknologi dan ketinggian kualitas, keterjangkauan harga bukan lagi penentu utama dalam pengambilan keputusan membeli.

Teknologi dan kualitas tinggi masih menjadi kartu truf penginovasi untuk membuat penggunanya rela membayar dengan harga mahal. Apalagi kalau penginovasi mampu melengkapi keunggulan teknologi dan kualitas dengan style yang tinggi, di sinilah kesempatan penginovasi untuk menikmati margin keuntungan yang tinggi. Kembali ke produk otomotif, penginovasi seperti Tesla yang menawarkan Apple-nya mobil listrik adalah contoh penginovasi yang bermain di teknologi dan style yang tinggi.

Menghasilkan inovasi bernilai tinggi jelas tidak mudah. Prosesnya begitu kejam untuk dilalui. Hanya mereka yang siap dan disiplinlah yang mampu melakukannya. Namun, di balik kekejaman berinovasi, keberuntungan selalu menanti di akhir perjalanan. Luck favors the prepared mind!

 

 

Ade Febransyah

Penulis adalah Ketua Center for Innovation Opportunities & Development Prasetiya Mulya Business School

Sumber: Majalah Warta Ekonomi Nomor 7/2014

 

Foto: SY

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Arif Hatta

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: