Pandemi Covid-19 belum berakhir di Kota Malang. Jumlah pasien masih terus bertambah dari hari ke hari. Dalam kondisi tersebut ada kisah menarik yang dilakukan oleh seorang polisi, Komisaris Polisi Sutiono.
Dia personel Polres Kota Malang dengan jabatan Kepala Satuan Intelkam. Di balik tugas sebagai seorang intelijen yang menggali informasi, data, hingga analisis, dia melakukan tugas kemanusiaan sebagai relawan pemulasaran jenazah Covid-19.
Baca Juga: Banyak Masyarakat yang Cuek, Jubir Corona Ngaku New Normal...
Sutiono memang relawan Covid-19 dari Polres Kota Malang, tapi tidak semua polisi awalnya berani dengan tugas berisiko tinggi itu. Memakamkan berarti masuk kategori kontak erat dengan jenazah Covid-19. Bersama relawan Public Safety Center (PSC) 119 Malang, dia memutuskan menjadi petugas pemulasaran jenazah Covid-19.
"Karena kekurangan tenaga, akhirnya saya bersama teman-teman PSC menjalankan misi kemanusiaan ini. Dari polisi awalnya saya sendirian, terus ada anggota lain sampai jumlahnya lima orang dari Polresta Malang. Karena pernah ada jenazah Covid-19 tapi tidak ada yang berani memakamkan, di sinilah saya terpanggil," kata Sutiono, belum lama ini.
Karena melakukan kontak erat dengan risiko tinggi, dia memastikan protokol kesehatan berjalan dengan baik. Pakaian dekontaminasi atau hazmat digunakan hanya sekali pakai, pun dengan sarung tangan, masker dan face shield. Setelah memakamkan jenazah, semua tim yang terlibat wajib merendam tangan pada cairan alkohol dengan kadar 90 persen.
"Awalnya takut, tapi saya konsultasi terus sama dokter. Yang penting harus safety, gimana caranya agar tidak kena. Untuk muka contohnya, harus tertutup rapat. Setelah ngubur, tangan harus direndam cairan alkohol 90 persen, atau kalau enggak ada, direndam cairan nitrogen peroxida selama 10 menit," ujarnya.
Tidur di Makam
Bila dalam kondisi lelah, petugas diminta langsung istirahat. Tak jarang dia tidur di atas pusara atau di atas makam. Hal ini juga berlaku bagi petugas lainnya. Jika lelah diminta segera beristirahat. Karena dalam kondisi lelah, imunitas biasanya turun dan rentan terpapar sehingga istirahat menjadi kuncinya.
"Sering tidur di kuburan di atas pusara. Karena kita kan harus jaga daya tahan tubuh. Makanya kalau ada waktu kami istirahat langsung tidur di lokasi. Karena prosedurnya agak panjang sehari dua sampai lima jenazah dan harus dimakamkan maksimal empat jam setelah kematian. Kemudian medan TPU di Kota Malang mayoritas sulit jalannya--turunan," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: